The past at the present…
Cakka mendekati Oik yang berdiri takut disamping kolam berenang. Sejak tadi pagi tak ada satupun kata yang keluar dari mulut Oik untuk Cakka. Cakka heran, tak seperti biasanya Oik bersikap seperti itu padanya. Hari ini ada pelajaran olahraga dan mereka akan berenang. Disitu baru ada Oik yang telah selesai dengan pakaian renangnya. Belum ada siapa-siapa selain Cakka dan Oik disitu. Cakka segera mendekat kearah Oik dan kini berdiri tepat disampingnya.
“Oik kenapa? Dari tadi pagi sepertinya menghindar dari Cakka,” Kata Cakka.
“Eh... hm, gak... gak apa-apa,” Kata Oik sedikit menjauh dari Cakka.
“Oik marah karena kemarin Cakka cium pipinya?,” Tanya Cakka sambil mengangkat setengah alisnya.
Oik terdiam, dia merasakan hangat diwajahnya yang mulai memerah, bekas kemarin masih terasa dipipinya. Oik mendesah dan lebih memperjarak posisinya dengan Cakka.
“Yah... jangan marah dong Ik... kita kan... pacaran,” Kata Cakka, “Yah... Ik please... Cakka gak mau kalau Oik marah sama Cakka,” Lanjutnya.
“Oik gak marah... ah udah, Oik pergi sebelum teman-teman lain ledekin kita lagi gara-gara berduaan dikolam berenang,” Kata Oik hendak beranjak dari situ.
Cakka menarik tangan kiri Oik dengan tangan kanannya sebelum Oik beranjak. Tubuhnya berbalik menghadap Cakka yang half-naked karena hanya memakai celana renang.
“Oik... Jangan pergi dong, bentar lagi semuanya teman-teman kemari gak apa-apa kan udah biasa diledekin,” Kata Cakka.
“Cakka lepasin gak!,” Perintah Oik sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Cakka dipergelangan tangannya.
“Gak... Cakka gak bakalan lepasin sampe Oik maafin Cakka... kalau gak maafin...,” Cakka segera mengganti genggaman tangannya yang memegang pergelangan tangan Oik dengan tangan kirinya. Dan tangan kanannya memegang dagu Oik. Membuat mata Oik melotot, dan bulu kuduknya berdiri.
“Cakka... mau... apa?,”
Cakka menyunggingkan senyum disudut bibir kirinya. Nafas Oik serasa tercekat dengan perlakuan Cakka.
“Maafin yah... Ik... kalau gak---,”
“Iyaaaaaaa... lepasin ya Cakka... Oik gak marah beneran... Oik ngeri banget diposisi ini... tolong dong,”
“Udah maafin beneran?,” Tanya Cakka masih bergeming dengan posisi tadi.
“Iya...,” Jawab Oik.
“Oke... kita tes... kalau udah maafin pasti gak akan marah kalau...,” Cakka semakin mendekat, nafas Oik kembali tercekat.
“Cakka... mau ngapain, Oik takut nih... huaaaaa,”
“Udah diam aja... kan katanya udah maafin, jadi gak usah takut,” Katanya dengan nada berbisik.
Saking takutnya dengan apa yang akan diperbuat Cakka selanjutnya. Oik menutup matanya rapat-rapat. Hembusan nafas Cakka terasa semakin mendekat.
“Ehem... Cakka... Oik! Kalian ngapain?,” Tanya suara yang berat. Itu pak Januar, guru olahraga mereka.
Diiringi... “Cieeee... Oik Cakka... oca...oca...,” Suara anak-anak.
“Ah... caik...caik aja... dimana-mana itu nama cowok didepan,” Kata seorang anak.
“Mau oca kek caik kek terserah, yang penting kan... aha,” Seorang anak menyela lagi.
Oik yang kaget membuka matanya dan segera mundur satu langkah dari Cakka. Tapi tanpa disangka Oik malah jatuh kedalam kolam berenang. Orang-orang disitu hanya menatap Oik yang jatuh tanpa bergerak sedikitpun. Sebelum ada suara putus-putus disertai Oik yang timbul tenggelam.
“Cakka... to... longin... O..ik... gak... bi....sa ber...enang hah,” Itu kata-kata yang terdengar.
“Apa?!,” Kata Cakka sebelum terjun ke kolam berenang dan menolong Oik membawa ke tepi kolam.
Oik pingsan, telah banyak air kolam yang diminumnya. Anak-anak mengerumuni Oik dan Cakka. Cakka menggoyang-goyangkan tubuh Oik. Menyentuh pipinya dan menepuk pelan.
“Ik... sadar Ik,” Katanya.
“Cak...Cakka... kasih nafas buatan aja,” Ujar seorang anak.
“Heh?,” Cakka kaget. Dia menatap Oik yang masih belum sadar. Sebenarnya tadi Cakka cuma iseng saja pada Oik, dia tidak benar-benar akan melakukan ‘hal itu’ dia tahu batasan-batasannya. Tapi, kalau memberi nafas buatan berarti harus menempelkan bibir dengan bibir... dan artinya hoaaaa.
“Buruan Cakka... lo mau Oik gak sadar-sadar?,” Kata seorang anak lagi.
Cakka segera mendekatkan wajahnya ke wajah Oik...
“Cakka! Mau apa kamu?,” Tanya pak Januar yang dari tadi susah menembus kerumunan anak-anak ketika tiba didalam kerumunan.
“Mau ngasih nafas buatan,” Kata Cakka menghentikan aksinya.
“Udah... udah... ini bukan sinetron, gak harus juga pake nafas buatan,” Kata Pak Januar yang segera mengambil posisi di depan Cakka. Dan segera mengambil tindakan menyadarkan Oik.
***
Debo dan Angel menatap panik kejadian dihadapan mereka barusan. Cakka telah terjun kedalam kolam berenang berusaha menggapai Oik yang wajahnya sudah pucat pasi dan timbul tenggelam dipermukaan kolam berenang. Cakka segera meraih tangan Oik kemudian menariknya hingga Cakka bisa menggapai pinggangnya dan melingkarkan tangan kanannya dipinggang Oik dan segera menyeretnya ke tepi kolam berenang. Kru Lactigames segera membantu Cakka menarik Oik dari kolam berenang. Oik duduk ditepi kolam masih setengah sadar, nafasnya sudah tidak teratur, beberapa kali dia terbatuk-batuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Cakka segera ikut duduk disamping Oik dan segera menenangkan Oik dengan menyandarkan Oik didadanya dan mengusap punggung Oik. Kru Lactigames termasuk Debo dan Angel meminta maaf pada Oik karena tidak mengetahui hal itu. Mereka segera memberikan sebuah handuk putih pada Oik dan Cakka segera membungkus Oik dengan handuk itu.
“Yaudah camera off please... kita break dulu... Cakka bawa Oik ke dalam,” Kata Debo.
Cakka segera memapah Oik kedalam beranda karantina. Diikuti semua kru beserta Debo dan Angel. Para peserta yang lain kaget saat melihat Cakka dan Oik yang basah kuyub. Mereka saling menatap satu dengan yang lain berharap ada penjelasan.
Cakka segera membawa Oik naik tangga menuju kamar cewek, segera membukakan pintu untuknya dan membawa Oik duduk diatas tempat tidurnya. Tubuh Oik gemetaran, dingin merasuk kulitnya, AC didalam kamar ternyata hidup, Cakka segera mematikan AC dikamar tersebut, lalu memeluk Oik, berharap gadis didepannya ini mendapatkan kehangatan.
“Udah Oik istirahat dulu ya... berendam air hangat, trus ganti baju supaya gak sakit,” Katanya lalu melepaskan pelukannya. Tepat disaat Acha dan Sivia masuk kedalam kamar.
“Cakka... Oik kenapa?,” Tanya Sivia.
“Sudah... jangan tanya-tanya dulu... gue keluar dulu yah... hm, bisa minta tolong kan lihatin Oik... gue gak enak lama-lama dikamar ini, ini kan daerah terlarang... gue keluar dulu yah,” Kata Cakka kemudian melangkah keluar dari kamar cewek.
Dibawah...
Para peserta yang lain setelah ditinggal Debo, Angel dan kru yang akan kembali setelah keadaan Oik membaik terlihat berbincang-bincang.
“Heran yah... Cakka bisa tahu gitu Oik gak tahu berenang,” Kata Irsyad.
“Yah Syad... kan Cakka sama Oik sering banget dipasangkan kalau main film gitu, mungkin dari situ kali, ada adegan renang dan Oiknya gak bisa,” Kata Alvin.
“Iya... yang di ultah gue juga pas Oik jatuh ke kolam Cakka langsung terjun gitu, kayak langsung tahu gitu Oiknya gak tahu berenang,” Kata Zahra.
“Kita interogasi Cakka aja...,” Usul Nadya.
“Setuju!,” Kata yang lain.
Cakka yang baru saja mengganti pakaiannya segera turun kebawah dan disambut tatapan aneh dari para peserta yang lain. Cakka segera menatap dirinya apa ada yang salah dengannya? Tapi sepertinya tidak. Cakka terus berjalan dan duduk disalah satu sofa tepat disamping Alvin.
“Cakka,” Panggil Gabriel.
Cakka segera menengok kearah Gabriel.
“Kita mau tanya sesuatu sama lo, eh gak sesuatu deh beberapa,” Lanjut Riko yang membuat Cakka mengalihkan pandangannya dari Riko ke arah Gabriel.
“Kita harap lo jawab dengan baik dan benar,” Lanjut Irsyad dan membuat Cakka berpaling pandangannya dari Gabriel pada Irsyad.
“Dan jujur...,” Sambung Zahra, sehingga Cakka menengok kearah Zahra.
“Kita bukan kepo atau apalah semacamnya tapi kita cuma penasaran aja...,” Lanjut Nadya yang membuat Cakka mengerenyit menatapnya.
“Aduuuhh kalian bicaranya satu-satu aja bisa kali yah... gue pusing kalian ganti-ganti POV melulu, boleh gak satu orang yang bicara... mau tanya apa?,” Kata Cakka sambil meletakan kepalanya pada sandaran sofa karena pusing sedari tadi pandangannya harus berpindah-pindah.
“Yaudah gue aja yah yang tanya, kan gue belum dapat giliran berkata tadi... kenapa bisa lo tahu kalau Oik gak bisa berenang?,” Tanya Alvin.
Mata Cakka melotot mendengar pertanyaan itu. Dia kemudian menelan ludahnya sebelum berkata...
“Gue... hm, gue kan sering main sinetron atau film bareng Oik... jadi gue tahulah, soalnya pernah waktu adegan berenang Oik pake pemeran pengganti gitu,”
“Yakin cuma itu?,” Tanya Zahra mengangkat setengah alisnya.
“Eh kan yang adegan Oik digantikan gitu, kan satu sinetron bareng gue, trus lo yang ngomong kan gini kata lo waktu itu... memangnya sudah bisa berenang? Dari situ makanya Oik minta pemeran pengganti... nah loh kata-kata lo itu kayak lo udah tahu dari dulu,” Kata Alvin.
“Heh?,” Cakka kebingungan dengan kata-kata Alvin.
“Itu... Itu...,”
“Itu apa?,” Tanya semuanya menuntut.
“Itu... Itu... Karena Oik satu kelas waktu SMP sama gue!,” Kata Cakka, namun sejurus kemudian dia sadar kalau dia... keceplosan.
“Whoaaa... emang kalian SMP dimana dulu?,” Tanya Gabriel ingin tahu.
“Itu... di SMP Budi Luhur...,”
“Budi Luhur? Sepupu gue dulu ada yang di Budi Luhur dulu,” Kata Zahra.
“Siapa Zah?,” Tanya Cakka sambil menelan ludahnya.
“Abner...,”
“Apa? Abner?,”
“Lo kenal yah Kka?,”
“Eh... Cuma pernah dengar...,” Kata Cakka.
“Cuma ya... lo kayak lebih perhatian gimana gitu sama Oik,” Kata Riko dengan tatapan penuh selidik.
“Gak kok... gue... Cuma rasa bersalah aja, gara-gara gue Oik kena hukuman,”
“Hm, pagi-pagi lo bikini teh itu loh,” Kata Irsyad mengangkat sebelah alisnya.
“Hah? Itu... hm, udah ah gue pusing dari tadi ditanya-tanyain melulu, gue bobo yah bye,” Cakka segera membuang langkahnya.
Para peserta yang lain saling tatap-menatap satu dengan yang lain melihat respon Cakka.
♥♥♥
“Oik... bagaimana sudah sehat?,” Tanya Debo saat dia kembali lagi bersama Angel untuk mengadakan games.
Oik mengangguk, “Sudah,”
“Bagus... sekarang saya dan Angel kembali akan mengadakan games buat kalian, pemenangnya akan mendapatkan reward khusus dari lactigames,” Kata Debo.
“Yaps... seneng banget bisa berada disini buat ngasih games sama teman-teman sekalian... Games ini berpasangan yah, cewek-cowok gitu, pasangannya gue yang tentuin ya Deb... boleh gak? Hehehe,” Kata Angel.
“It’s Okay Ngel... silahkan saja,”
“Hm, kita mulai yah penentuannya dari sekarang... Gue mau... hm, Riko sama Nadya.... Gabriel sama Sivia,”
“Ck... gak boleh...,” Kata Alvin menyela.
“Ehem, Alvin... gue yang nentuin, jadi terserah gue... lo ngikut aja yah, ini cuma games bukan beneran gue doain Sivia balikan sama Gabriel... wooo,” Kata Angel yang membuat dia diplototin oleh mata sipit Alvin.
“Udah... udah, ini cuma games kok... nyantai aja, ayo lanjut Ngel,” Sela Debo.
“Irsyad sama Zahra, trus Cakka sama hm,... Acha deh... Alvin sama Oik... sudah!,” Kata Angel.
“Okay... Pasangannya sudah ditentukan oleh Angel, semua segera berbaris sesuai dengan pasangan masing-masing,” Kata Debo.
Para pesertapun segera berbaris sesuai dengan pasangan masing-masing.
“Gue akan ngejelasin sedikit tentang games kalian kali ini... jadi kalian harus masak, satu menu makanan yang sama... kita sudah sediain tempatnya di halaman beranda, kita masak disana... tapi peraturannya masakannya sama sekali tidak boleh kalian cicipi, kalau kebanyakan garam dan lain sebagainya saja tidak boleh dikecap, jadi kalian hanya menduga-duga, jurinya saya dan juga Angel, sekarang ayo semua ikut saya!,” Ajak Debo.
Semuapun mengikuti Debo menuju halaman Beranda karantina. Dihalaman beranda karantina sudah ada 5 buah kitchen stuff yang jarak diantaranya lumayan jauh satu dengan yang lainnya. Debo dan Angel berdiri ditengah-tengah, disamping meja yang diatasnya ada sebuah piring yang ditutup.
“Baiklah… kalian akan memasak…,” Debopun membuka tutup makanan tersebut, “Breuneboun Soup… resep, cara membuat dan bahan sudah ada dikeranjang diatas kitchen stuff masing-masing, waktu kalian adalah satu jam… Angel ayo hitung mundur…,”
“3… 2… 1… mulai,”
Semuapun segera bergerak memulai perlombaan. Terlihat mereka bingung menggunakan kitchen stuff, maklum sebagian besar dari mereka tidak terbiasa dengannya. Di meja pertama dari samping kiri ada Riko dan Nadya yang sedang mengaduk-ngaduk keranjang yang berisi bahan. Riko menatap aneh benda-benda yang dikeluarkan Nadya dari dalam keranjang tersebut.
“Ini apa Nad?,” Tanya Riko sambil menatap aneh sesuatu yang berbentuk seperti bola yang kecil dan berwarna coklat.
“Itu pala,” Kata Nadya.
“Pala?,”
“Iya… udah lo diem aja deh kalau gak tahu apa-apa, lo tinggal denger aja perintah gue, hari ini lo jadi pesuruh gue yah,” Kata Nadya.
“Sialan lo Nad…,”
“Sudah Riko sayangs gak usah mengeluh, lo mau gak dapet reward?,”
“Ya mau dong!,”
“Makanya be quite aja yah dengerin kata gue,”
“Ya… ya… ya,” Kata Riko sambil mendesah kesal, pasrah jika akan disuruh-suruh oleh Nadya.
Sedangkan di meja kedua ada Irsyad dan Zahra yang sudah mengelurkan barang-barang dari dalam keranjang dan sekarang menatap bingung selanjutnya apa yang akan mereka buat.
“Syad… abis ini apaan?,” Tanya Zahra sambil matanya memandangi satu per satu bahan-bahan yang ada didalamnya.
“Mana gue tahu… lo kan cewek Zah… sekaligus chef juga… harusnya lo yang tahu,”
“Yaelah Syad, lo aja udah rasa makanan gue tadi malam telor goreng kematengan dan terong goreng gosong, apalagi ini disuruh buat breuneboun soup…,”
“Yaudah deh… berdua kan bisa baca, yuk baca resepnya dah… siapa tahu bisa mengerti,” Kata Irsyad sambil mengambil sebuah kertas yang tergeletak disamping keranjang.
“Huh! Ngerti aja gak cukup Syad… harus tahu caranya juga kali,” Kata Zahra.
Dimeja ketiga ada Gabriel dan Sivia yang terlihat kompak telah selesai membaca resepnya dan mulai mempraktekan.
“Yel… jujur yah nih… gue gak tahu masak,” Kata Sivia.
“Tahu… kayak gue gak pernah ‘kenal dekat’ sama lo aja,”
“Hm, ya… iya yah, dan gue tahu seenggaknya lo tahu masak, kan waktu dulu gue sakit lo pernah buatin gue bubur,”
“Hahaha… asal lo tahu ya… itu sebenarnya gue masak nasi tapi malah jadi bubur,” Kata Gabriel sambil tertawa, dan Siviapun ikut tertawa.
Melihat kejadian itu, di meja keempat yang adalah meja Alvin dan Oik tampak panas. Alvin segera mengeluarkan pisau dan mencincang secara kasar onion, gerakan pisaunya membuat Oik kaget.
“Alvin… nyantai bisa kali,” Tegur Oik.
“Gue gak bisa Oik… gue gak bisaaaaa… lo pernah gak sih ngerasain cemburu gitu? Bayangin aja yah nih pacar lo mesra-mesraan sama mantan pacarnya?,” Kata Alvin kemudian memotong bawang bombay secara sembarangan dengan tenaganya membuat Oik terkaget-kaget.
“Udah… gak usah dilihatin gitu, fokus deh, lo gak mau kan hasil kita berantakan? Dan malu-maluin, hm malu-maluin lo didepan Sivia juga itu namanya,”
Alvin segera melepas pisau dari tangannya dan segera mengambil ulekan. Mengambil cabe rawit dari dalam keranjang.
“Cabe-cabe ini gue namain Gabriel,” Kata Alvin sambil meletakan cabe diatas ulekan dan mulai mengulek sekuat tenaganya, “Mampus lo gue ulek,” Kata Alvin sambil mengertakan giginya menahan emosi.
Oik menggeleng kepala ikut frustasi melihat pasangan masaknya seperti orang gila. Oikpun segera memalingkan pandangannya ke arah meja kelima dan melihat…
Di meja kelima nampak Acha sedang memotong-motong, sedangkan Cakka menyalakan kompor gas kecil mereka.
“Cha… apinya segini boleh?,” Tanya Cakka.
Acha memalingkan pandangannya kearah Cakka.
“Ehe…,” Katanya sambil mengangguk dan meneruskan memotong.
“Abis ini apa Cha?,” Tanya Cakka.
“Lo ambil panci taruh air setengah terus rebus airnya dulu deh,” Kata Acha.
Cakkapun segera bergerak melakukan apa yang diperintahkan Acha.
“Ka’ boleh tolong ambilin… awh---,” Rintih Acha saat menyadari jari telunjuknya teriris. Cakkapun menghentikan aktivitasnya dan mendekati Acha, melihat jarinya berdarah Cakka tanpa tunggu lama segera memasukan jari Acha kedalam mulutnya, menghisap darahnya, setelah itu mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya dan membalut jarinya.
“Makasih,” Kata Acha setelahnya.
“Iya… lo jangan dulu kerja deh Cha, biar gue yang motong, lo tinggal bilang aja apa yang harus gue potong,” Kata Cakka.
“Tapi---,”
“Sssstt,” Cakka meletakan jari telunjuknya dibibir Acha, “Gak apa-apa kok, lo bilang-bilang aja,” Kata Cakka segera mengambil alih pisaunya.
Oik terdiam menatap kejadian tersebut. Tiba-tiba tubuhnya panas melihat adegan didepannya. Ada sesuatu yang membuat dia kesal. Diapun segera mengambil sesuatu yang ada disampingnya saking kesalnya dia segera menggigit sesuatu dan tanpa tahu kalau itu adalah……… jahe.
Beberapa gigitan Oik belum menyadari juga, sampai mulutnya tiba-tiba terasa panas dan sensasi rasa pedas membungkusnya.
“Huaaaaa,” Teriak Oik sambil mengipas tangannya didepan mulutnya yang terbuka. Alvin yang sedari tadi diulekan dan sudah mencampur bahan-bahan secara sembarang terhenti mendengar teriakan Oik.
“Wei… lo jangan ikut sableng… cukup gue yang sableng…!,” Kata Alvin.
“Vin… vin… ambilin gue minum cepaaaaattt!!!,” Perintah Oik dengan sangat tidak nyantai.
“Lo kenapa emang?,” Tanya Alvin.
“Gue… makan jahe tadi,”
“Hahahaha…,” Alvin tertawa terbahak-bahak sambil menuangkan air minum kedalam gelas. Alvin menyerahkan air minum pada Oik. Oik minum dengan tergesa-gesa, alhasil dia tersedak. Alvin menepuk-nepuk punggung Oik pelan.
“Minumnya nyantai juga dong,” Kata Alvin.
Cakka dan Sivia yang menengok kearah mereka tepat disaat itu menjadi jealous. Mimik wajah mereka tiba-tiba berubah.
1 jam telah berlalu dan semua telah siap terhidang diatas meja tempat Debo dan Angel duduk. Para peserta berjejer menunggu hasil penilaian Debo dan Angel. Masakan pertama yang akan di coba adalah masakan di meja satu alias masakan Riko dan Nadya.
“Hm… enak,” Kata Debo.
“Lumayan,” Kata Angel.
Setelah mencicipi masakan Riko dan Nadya, kini giliran mencicipi masakan Irsyad dan Zahra. Keduanya nampak cemas.
“Gak ada rasanya nih,” Komentar Debo.
“Gue kayak nelen air putih,” Komentar Angel.
Selanjutnya adalah makanan Gabriel dan Sivia yang nampak sangat cantik diatas sebuah mangkok yang digarnich sedemikian rupa, sehingga nampak menarik untuk dicicipi.
“Rasanya sih biasa aja, tapi saya mau memuji penampilannya… it’s cool,” Kata Debo.
“Nah… ini baru makanan,” Kata Angel.
Mata Debo dan Angel melotot melihat hidangan milik Alvin dan Oik yang ada dihadapan mereka. Diatas sebuah mangkok putih, kuah soupnya berwarna hitam keruh bagaikan sungai yang kena pencemaran limbah pabrik, ditambah ada potongan kasar bawang, dan biji-biji cabe diatasnya bertebaran seperti sampah diatas sungai. Debo dan Angel memutuskan untuk tidak mencicipinya dan langsung berkomentar.
“Ya ampun… kalian berdua mau bunuh kita?, Woaaah,”
“Ya ilah… jadi gak niat mencicipinya dari tampilannya, ini bukan kayak makanan tapi kayak toxic,”
Maklum saja, Alvin dan Oik mengerjakannya dengan perasaan kesal dan cemburu dihati masing-masing membuat makanan mereka jadi berantakan. Selanjutnya masakan Cakka dan Acha yang nampak berbanding 180 derajat dari masakan Alvin dan Oik. Masakannya berwarna putih bening, tidak terlihat ada campuran apapun hanya kacang merah didalam kuah bening tersebut.
“Hah? Ini apa? Kalian gak taruh bumbu yah didalam?,” Tanya Debo.
Cakka menggaruk-garuk kepalanya, “Tadi tuh ada insiden Bo, Acha tangannya keiris pisau, jadi gue yang ngerjain semuanya, Acha cuma bilang-bilang gitu dan ternyata, gue lupaaaa campur itu baru cuma rebusan kacang merahnya, kuah soupnya ketinggalan Bo dipanci,” Kata Cakka dengan wajah innocentnya membuat Debo dan Angel tertawa meledak.
“Hahaha... ini masa kita makan rebusan kacang merah doang... ckck ada-ada aja,” Kata Angel.
“Berarti semuanya sudah... kalau semua sudah lepas celemek kalian kita masuk kedalam beranda karantina buat pengumuman pemenangnya,”
Semuapun mengambil langkah masuk kedalam beranda karantina sedangkan kru lactigames segera membereskan sisa-sisa games mereka tadi. Semuanya duduk di sofa ruang tamu segera mengambil tissue yang berada diatas meja dan mengelap keringat mereka.
“Saya dan Angel sudah berunding dan kita memutuskan pemenangnya adalah....,” Kata Debo sengaja mengulur waktu agar semakin tegang.
“Adalaaaahh........... Gabriel dan Sivia,” Kata Angel.
“Yeaaah,” Kata Gabriel sambil memberikan tangannya untuk tos dengan Sivia, dan Sivia menyambutnya. Alvin meramas tissue yang dipegangnya sekuat tenaga.
“Dan rewardnya adalah...,” Kata Debo lagi.
“Jalan-jalan di kebun strawberry bareng gue dan Debo,” Sambung Angel.
“Yap... Gabriel dan Sivia, silahkan siap-siap yang lain silahkan lakukan kegiatan kalian sesuai yang dijadwalkan oleh leader Oik,” Kata Debo.
Yang pertama kali beranjak adalah Alvin dengan wajah kesal mendorong meja yang ada dihadapannya sambil melangkah dengan kaki yang disentak-sentakan kentara.
“Ckckck... cemburu nih yeee,” Goda Riko.
Alvin melemparkan setengah sandalnya kearah Riko dan untung saja meleset, Riko memeletkan lidahnya sedangkan Alvin mendesah kesal.
♥♥♥
Setelah Gabriel dan Sivia pergi bersama Debo dan Angel, anak-anak beranda karantina berkumpul di belakang rumah untuk melaksanakan kegiatan yang diberikan Oik. Oik berdiri didepan mereka semua.
“Jadi teman-teman, hari ini kita akan melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat dan sebenarnya gue juga gak pernah melakukannya, tapi disini kita belajar mandiri dan mencoba sesuatu yang baru jadi hari ini kita... kerja bakti membersihkan beranda karantina,” Kata Oik.
Perkataannya membuat mata besar anak cewek –kecuali Oik– melotot dan mulut mereka terbuka lebar sambil berteriak, “HAH!?,”
“Wooo... ketahuan pada gak pernah kerja,” Kata Riko.
“Yaiyalah gak... aduhhh... sebelum kemari kan gue perawatan, hancur deh semuanya,” Kata Nadya.
“Oik... please, kegiatannya yang lain dong, kita jogging keliling beranda aja deh atau gak kita senam aja yuk, kan ada Irsyad yang jadi mad,” Kata Zahra.
“No! Ini perintah yah... ingat gue leader disini, jadi kalian harus nurut perintah gue atau gak gue kasih hukuman nih,” Kata Oik tegas.
Anak-anak diam dan dengan terpaksa mengikuti perintah Oik. Kru lactigames datang dan membawa peralatan kebersihan meletakan disamping Oik.
“Jadinya ini peralatan kalian, gue hanya ngontrol yah, kalian yang kerjain dan gue minta satu orang buat nemenin gue buat ngontrol anak-anak yang kerja,” Oik memandangi satu per satu orang-orang yang ada dihadapannya itu, matanya terantuk dan tiba-tiba menyebut, “Cakka,” Oppss..., “Eh...,” Oik kaget dengan nama yang disebutnya, “Ehm, Cakka... boleh bantuin Oik gak? Oik nanti ngawasin yang cewek, Cakka ngawasin yang cowok,”
“Heh? Okay,”
“Ehem...ehem... Ko, gue keselek nih ada air gak,” Kata Irsyad.
“Iya nih... ehem... ehem... ko gue juga ikut keselek yah,”
“Udah... udah berhenti keseleknya... sekarang ambil peralatan kalian semua dan kita mulai kerja dari ruang utama!,” Perintah Oik.
Merekapun dengan malas mengambil peralatan kebersihan. Dan masuk kembali kedalam beranda karantina. Cakka dan Oik mengawasi semua yang kerja. Acha dan Zahra memegang sapu dan menyapu ruangan utama, Nadya nampak jijik menggunakan masker sambil memegang komoceng dan membersihkan perabotan yang ada disitu. Irsyad dengan frustasi menatap kain pel dan ruangan luas dihadapannya yang akan dibersihkannya, sedangkan Alvin dan Riko membersihkan kaca jendela. Alvin tampak tidak fokus pada pekerjaannya membuat Cakka menegurnya.
“Vin... fokus boleh gak, dari tadi lo ngebersihin kacanya disitu-situ melulu, Riko udah banyak,” Kata Cakka.
Alvin menghempaskan pembersih kacanya secara kasar dan sembarangan, “Lo aja yang kerja kalau gitu!,” Kata Alvin dengan mata menantang kearah Cakka.
“Lho? Gue kan dapat perintah dari leader buat ngawasin kalian,” Kata Cakka.
“Gue lagi gak mood!,”
“Mood atau gak harus melaksanakan tugas,”
“Lo itu...,” Alvin hendak mengarahkan satu kepalan tangannya kepada Cakka namun ditahan Riko.
“Santai men,” Kata Riko.
“Lo berdua gak tahu sih apa yang gue rasain!,” Kata Alvin dengan nada meninggi, membuat semua perhatian beralih pada mereka bertiga.
“Ada apa ini?,” Tanya Oik datang mendekat kearah mereka bertiga.
Alvin segera memungut kembali pembersih kaca dilantai dan kembali membersihkan kaca.
“Udah Ik, gak apa-apa cuma Alvinnya lagi sensi, maklum dateng bulan,” Kata Riko lalu melanjutkan kerjanya.
“Kenapa sih Cakka,” Tanya Oik.
Cakka kemudian mengarahkan wajahnya ketelinga Oik berbisik sesuatu, “Ik, Cakka jadi gak enak nih begini, Cakka kerja juga yah,” Bisik Cakka.
“Gak... gak usah... ini perintah,” Oik berbisik balik membuat yang lain menatap mereka dengan tatapan curiga.
♥♥♥
Dua jam berlalu, semua telah selesai membersihkan rumah dan kelelahan, kini mereka bersantai di sofa ruang tengah. Zahra sebagai chef menyiapkan minuman untuk semua peserta. Setelahnya ikut duduk dengan mereka semuanya.
Tak beberapa lama kemudian, Gabriel dan Sivia kembali dengan membawa keranjang yang berisi banyak strawberry segera meletakannya ditengah-tengah meja dan membuat Riko segera menyambarnya dan melahapnya.
Entah kenapa ruangan didalam tiba-tiba berubah tegang, Oik yang menyadarinya segera mengambil alih situasi tersebut.
“Mumpung semuanya sudah berkumpul, kita main yah... main sayang-sayangan hehehe... pada tahu kan lagu satu...dua...tiga yang kayak gini, satu-satu aku sayang ibu, dua-dua juga sayang ayah tiga-tiga sayang adik kakak, satu...dua...tiga sayang semuanya,”
“Oik kita jadi kayak anak TK deh kalau begitu,” Protes Irsyad.
“Udah gak apa-apa kan daripada suasananya gak enak begini,” Kata Oik.
“Hm, gue minta dimulai dari Zahra yah... oke mulai,” Kata Oik.
Zahrapun memulai nyanyiannya, “Satu... satu Zahra sayang Via,”
“Dua...dua Via sayang Alvin,”
“Tiga...tiga Alvin sayang Via,”
“Stop woi!,” Potong Oik, “Gak boleh timbal balik harus beda-beda ngerti? Ulang dari Alvin,” Lanjut Oik.
“Satu...satu Alvin sayang Via,”
“Dua...dua Via sayang Zahra,”
“Tiga...tiga Zahra sayang Nadya,”
“Satu...dua...tiga Nadya sayang Acha,”
“Satu...satu... Acha sayang...Cakka,”
“Eh...? Dua...dua Cakka sayang...Oik,”
“Ecieeeee,” Riko menghancurkan nyanyian mereka kembali. Oik mengeram kesal.
“Rikoooo... udah dulu dong, main yang bener... sekarang yang menyela dan tidak mengikuti aturan dapet hukuman yah... wait,” Kata Oik sambil berlari kebelakang dan membawa penjepit baju, “Yang salah dijepit telinga, hidung bibir dan lain sebagainya, Oke kita mulai Satu... satu Oik sayang Zahra,”
“Dua... dua Zahra sayang Nadya,”
“Tiga...tiga Nadya sayang Via,”
“Satu dua tiga Via sayang Acha,”
“Satu...satu Acha sayang Cakka,”
“Dua...dua Cakka sayang Oik,”
“Tiga...tiga Oik sayang Acha,”
“Satu...dua...tiga cinta segitiga,” Sambung Riko lagi.
“Rikooooooooooo,” Semuanya berteriak menatap Riko dengan tatapan ingin memakan Riko. Oikpun segera menjepitkan satu jepitan pada hidung Riko yang membuat Riko meringis.
“Ulang lagi... mulai dari... Acha,”
“Satu... satu Acha sayang Zahra,”
“Dua...dua Zahra sayang Nadya,”
“Tiga...tiga Nadya sayang Via,”
“Satu...dua...tiga Via sayang Oik,”
“Satu...satu Oik sayang Nadya,”
“Dua...dua Nadya sayang Iel,”
“Tiga...tiga Iel sayang Via,”
“Satu...dua...tiga ada yang cemburu,” Sambung Riko lagi masih belum kapok dengan penjepit baju yang bersarang dihidungnya. Alvin menatap Gabriel dengan tatapan nanar bergantian dengan menatap Riko.
“Riko lo bisa gak sih gak usah bikin kacau permainannya,” Kata Oik sambil menjepitkan penjepit pada bibir Riko. Sekarang Riko tampak aneh dan gaya bicaranyapun membuat yang lain tertawa.
Merekapun melanjutkan permainannya sampai semuanya berhasil tanpa ada pengacau dan tentu saja Riko yang paling menderita karena paling banyak penjepitnya.
Tak terasa hari sudah siang, Zahra segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang dan anak-anakpun bebas melakukan apapun itu. Irsyad nampak merapikan kembali ruang tengah tempat mereka bermain tadi. Riko, Gabriel, Nadya dan Acha bermain bulu tangkis di halaman belakang beranda karantina. Alvin dan Sivia sedang tarik menarik tangan dekat tangga. Oik sedang menghadap seorang kru lactigames di samping beranda karantina sedang membicarakan sesuatu. Cakka tak nampak batang hidungnya. Tiba-tiba Oik yang selesai berbicara dengan salah satu kru lactigames berlari masuk kedalam.
“Syad, lihat Cakka gak?,” Tanya Oik.
“Gak tuh, gue gak tahu, dari tadi abis main gak kelihatan, mungkin dikamar, emang ada perlu apa Ik sama Cakka?,” Tanya Irsyad menyelidik sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Ehm,tadi disuruh kru buat dia menghadap,” Kata Oik.
“Oh, check di kamar deh Ik, kayaknya dia disana,”
“Lo aja deh Syad, masa gue masuk kamar cowok?,”
“Ah gak gue lagi sibuk, noh suruh Alvin aja!,” Kata Irsyad.
Oikpun melangkah kearah Alvin yang sedang bersama-sama dengan Sivia disamping tangga, tapi dia enggan berbicara pada Alvin karena mendengar Alvin dan Sivia sepertinya sedang bertengkar.
“Vin jangan kayak anak kecil deh,”
“Lo gak tahu sih gue cemburu,”
“Ya ampun Vin, gue gak ngapa-ngapain sama Gabriel,”
“Gak ngapa-ngapain? Jalan sama dia gak ngapa-ngapain?,”
“Tapi kan itu…,”
“Halahhh udah lah Vi… lo udah pernah janji sama gue,”
“Tapi gue gak bisa nolak…,”
Itu membuat Oik segera melangkah naik tangga dan berinisiatif memanggil Cakka sendiri saja. Dia takut mengganggu Alvin dan Sivia. Oikpun berjalan menuju ke kamar cowok. Mengetuk pintunya. Tapi tak ada jawaban dari dalam. Oik memutar gagang pintunya ternyata tidak dikunci. Diapun membuka pintu perlahan dan memasukan tubuhnya kedalam secara perlahan juga. Tak ada orang didalam. Oik mengangkat kedua bahunya. Saat dia hendak keluar…
“Oik… ngapain masuk kemari?,” Tanya sebuah suara.
Oik segera berbalik. Berdiri dihadapannya lelaki dengan rambut basah yang menggunakan kaos oblong dan boxerbriefs. Handuknya disampirkan dibahunya.
“Eh Cakka… Oik kemari nyari Cakka,” Kata Oik.
Cakka menaikan sebelah alisnya sambil mengacak-acak rambutnya yang basah menggunakan handuk bermaksud untuk mengeringkannya. Lalu berjalan mendekat kearah Oik.
“Nyari Cakka? Kenapa?,”
“Hm, itu… Cakka disuruh menghadap sama salah satu kru dihalaman samping beranda,” Kata Oik.
“Cakka kira karena Oik kangen Cakka,” Kata Cakka yang semakin dekat kearah Oik.
“Eh?,” Oik kaget.
“Ik… jujur… Cakka capek main kucing-kucingan sama perasaan Cakka… capek banget… Cakka waktu itu gak beneran marah sama Oik… gak bermaksud diamin Oik, gak bermaksud buat ngejauhin Oik… Cuma… waktu itu Cakka mau ngasih surprise gitu waktu ulang tahun Oik… maaf kalau itu membuat kita jauh dan gak mau minta maaf satu dengan yang lain, ini cuma salah paham, tapi sekarang Cakka minta maaf please, maafin Cakka,” Kata Cakka dengan langkahnya yang semakin mendekati Oik. Oik terdesak, dia tersandar ditembok kamar, Cakka telah ada dihadapannya dengan tatapan penuh penyesalan. Oik menghindar dari kontak mata langsung dengan Cakka, dia memalingkan wajahnya kesamping.
“Apa? Salah paham? Setelah Cakka bilang sama teman-teman kalau Oik gak tahu pacaran, karena minta dicium pipinya selalu menghindar gitu?,” Kata Oik yang tatapannya tetap kearah samping.
“Hah? Siapa yang bilang? Cakka gak pernah bilang kayak gitu suerr,” Kata Cakka.
“Hah? Cakka yang bilang… Oik dengar pake telinga Oik sendiri, waktu Cakka bicara sama teman Cakka di koridor kelas,” Kata Oik.
Cakkapun terlihat berpikir, “Oh itu… hahaha, hm Cakka jelasin kalau Oik mau maafin Cakka,” Kata Cakka sambil menyandarkan tangan kirinya ditembok tepat disamping kepala Oik.
“Gimana Oik mau maafin Cakka? Oik gak tahu kebenarannya,”
“Oik percaya aja… percaya kan Cakka gak sejahat itu? Masih sayang kan sama Cakka?,” Tanya Cakka, kini tangannya mulai menyusup kebelakang kepala Oik seperti menahan kepalanya agar tidak bersentuhan langsung dengan tembok.
“Cakka… tangannya please,”
“Kenapa? Gini biar aman kepala Oik gak kebentur-bentur di dinding sebentar,”
“Emang kita mau ngapain Cakka?,” Tanya Oik sambil menatap Cakka takut.
“Oik maafin Cakka makanya,” Kata Cakka sambil membalas tatapan Oik.
“Oik…Oik…,” Oik menutup matanya rapat, kejadian ini seperti… waktu itu…
Keyholder segera ditunggu dihalaman samping dalam waktu lima menit terlambat akan mendapat hukuman... bunyi pengeras suara.
Cakka segera berbisik pada Oik, “Cakka gak bakal lakuin apa-apa kok sama Oik, cuma mau mengulang waktu dulu, apa Oik masih ingat kejadian sebelum Oik tenggelam itu… dan waktu itu Cakka gak benar-benar ingin melakukan itu sama Oik, hanya ingin sedikit jahil saja kayaknya reaksi Oik bakalan lucu, dan benar aja… begitupun kali ini… masih tetap lucu kayak dulu,” Bisik Cakka kemudian dengan perlahan menarik tangannya yang berada dibelakang kepala Oik kemudian berlalu dari Oik yang jantungnya sedang tidak karuan setelah kejadian tadi.
♥♥♥
3 komentar:
lanjutttttttttt! wkwkwkwk part ini asli bikin ngakak sama dag-dig-dug kak! hehehehe :D
AMAZING kak fhily.... wow, keren bnget.... BALIKAN CAIK...
lanjut ya kak!!!
LLAANNNJUUUTTTT
gila, keren abizz ceritanya.
Posting Komentar