Sabtu, 12 Februari 2011

ĞħΦςţ īņ Love (one shoot story)



Cakka’s POV

Aku membuka mataku terlihat cahaya putih bersinar… Tubuhku terasa ringan sehingga aku dengan mudahnya melayang diudara… Aku terlihat mengenakan pakaian putih… Perlahan tapi samara-samar aku mengingat sesuatu…

Kemudian sebuah suara memanggilku…

“Cakka… inilah saatmu…”Kata seseorang yang berpakaian putih sepertiku hanya bedanya dia memakai sayap … aku masih menerawang… masih tak ku mengerti yang terjadi denganku…

“Marilah ikutlah aku…”Katanya lagi…

“Kemana kau akan membawaku?”

“Ke rumah yang tenang…”

“Apa maksudmu aku ini telah meninggal?”

“Ya… jadi bergegaslah ikutilah aku…”

Aku masih diam mengingat segala sesuatu yang terjadi… Kemudian teringat kalau aku sedang dijalan akan pergi ke rumah Shilla untuk mengadakan surprise… hari ini adalah ulang tahunnya dan aku akan menembaknya disaat ulang tahunnya yang ke 17… ini yang kedua kalinya… waktu yang pertama kali… jawaban Shilla dia belum siap tunggu sampai dia berumur 17 tahun…Tapi… Belum tiba dirumahnya… Aku melihat sebuah truk melaju dari arah seberang dan aku tak sadar lagi apa yang terjadi…

Ternyata aku malah meninggal dunia… Itu artinya rencana yang selama ini kususun Gagal… Padahal aku telah membelikan bunga mawar merah kesukaan Shilla dan sebuah boneka teddy bear

“Apalagi yang kau pikirkan? Masih adakah yang belum kau selesaikan didunia ini?”

Aku mengangguk…

“Aku belum menyelesaikan sesuatu… bisakah aku menyelesaikannya dulu…?”

“Baiklah… kau ku beri waktu 1 minggu untuk menyelesaikan urusanmu… Pakailah gelang ini…” Katanya sambil memberikan sebuah gelang berwarna ungu kedalam tanganku…

“Kau harus segera menyelesaikan tugasmu sebelum gelang ini berubah menjadi berwarna putih… Perlahan gelang ini akan berubah menjadi warna putih… Dan apabila warnanya telah berubah putih selesai atau tidak selesai aku akan menjemputmu kembali…”

Aku mengangguk mendengarkan penjelasan orang hmm,, Dia bukan orang mungkin malaikat tersebut… Dia kemudian menghilang dari padaku…

Aku bingung apa yang harus aku lakukan pada keadaan seperti ini…? Bagaimana Shilla bisa melihatku kalau aku sudah tak lagi mempunyai raga… Aku hanya sebuah jiwa tanpa raga… apakah Shilla mau menerimaku dengan keadaan yang seperti ini? Dan kini kita telah didunia yang berbeda… Apakah 2 dunia yang berbeda itu bisa menyatu? Tidak mungkin! Tapi setidaknya aku harus mengatakan semuanya pada Shilla,, Shilla harus tahu kalau aku selalu menunggunya… Aku tak bisa pergi dengan tenang kalau aku belum menyampaikan semuanya pada Shilla… Meskipun takkan mungkin aku dan Shilla menyatu…

Aku berjalan memasuki sebuah rumah yang megah tampak banyak yang lalu lalang disekitarku… Tapi tak ada yang memperhatikanku… Yaiyalah, Tak ada… Aku kan sekarang hantu… tak ada yang bisa melihatku… Kulihat banyak teman-temanku disana… Ada Gabriel, Ray, Alvin, Rio, Ozy, Obiet, Irsyad dan banyak lagi… Aku ingin menyapa mereka tapi aku sadar itu tak mungkin…

Satu lagi yang kulihat, Shilla tampak cantik dengan Gaun pink mudanya menyambut tamu dengan senyum khasnya… Seharusnya aku berada disana… Tapi apa? Aku harus menelan Pill pahit kalau kini aku tak bisa lagi berada disana… Ya Tuhan… Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana Shilla bisa tahu kalau aku berada disini? Didekatnya?

Aku masuk kedalam rumah tersebut, Pesta ulang tahun Shilla telah dimulai… Kini tiba saatnya potong kue ulang tahun… Shilla tampak celingak-celinguk mencari seseorang… Mungkin, Aku? Hahaha… Aku GR sekali sampai mengira Shilla sedang mencariku…

Aku memberanikan diri pergi ke sebelah Shilla… Huh! Pikir apa aku ini… Memberanikan diri? Toh tak ada seorangpun yang dapat melihatku disini…

Setelah Shilla memotong kuenya…

“Suapan pertama untuk orang yang special…”Kata MC yang memandu acara Shilla… Shilla tampak bingung… Kemudian mamanya bertanya kepadanya…

“Cari siapa Shilla? Ayo kasih buat orang yang special buat kamu…Orang itu belum datang?”

Shilla menggeleng…

“Dia belum datang ma, Shilla kasih kue ini untuk mama saja yah…” Kata Shilla sambil memberikan kue itu kepada Mamanya…

Aku tak tahu harus bagaimana… Bukannya GR tapi sepertinya Shilla benar-benar ingin memberi kue itu kepadaku… Karena kalau dilihat dari tamu-tamu yang hadir semua lengkap tinggal aku seorang diri yang tidak ada disana… Atau adakah yang Shilla tunggu selain aku?

Acarapun Selesai… Tanpa Shilla tahu kalau aku mengalami kecelakaan, Teman-temanku tak tahu…hmmm,, mungkin mereka belum tahu… Sebentar lagi…

Aku melihat Shilla duduk termenung dibangku taman rumahnya… Tampak dari jauh Gabriel datang lalu duduk disampingnya aku agak sedikit jealous… Tapi tunggu sebentar…! Ada yang aneh dengan wajah Gabriel… Tampak kacau,,, Sedih? Mungkin! Apakah dia akan menyampaikan berita itu?

“Shilla… Ada yang aku ingin ku sampaikan kepadamu… tapi kamu jangan kaget… Siapin mental kamu sebelum mendengarkannya…”Kata Gabriel yang sepertinya sedang menahan sedih…

Shilla tampak serius menanggapi perkataan Gabriel yang tadi…

Ada apa Iel?”

Gabriel menarik nafas panjang…

“Ini tentang Cakka…”

Ada apa dengan Cakka…?” Tampak Shilla kaget sekali ketika mendengar namaku disebut oleh Gabriel…

“Dia… dia… hmm…”

“Dia kenapa Iel…”

“Dia kecelakaan Shill…”

Aku melihat sebuah perubahan diwajah Shilla… Sedih dan kaget bercampur menjadi satu… Shilla memegang kedua lengan Gabriel…

“Trus Gimana keadaannya Gabriel? Cakka gak apa-apakan? Bilang kalau dia gak apa-apa?”

Gabriel tak menjawab, dia mengeluarkan airmata dan menangis… Tiba-tiba teman-temanku yang lain datang menghampiri Shilla… Mata mereka tampak bengkak semuanya… Tak kusangka sahabat-sahabatku menangisi kepergianku seperti ini…

“Sayangnya, Cakka tak tertolong… Cakka… sekarang……hiks…” Kata Alvin yang tak mampu melanjutkan kata-katanya…

“Gak,… gak mungkin,, kalian semua jangan ngerjain aku di ulang tahunku gini yah gak lucu tahu…” Kata Shilla yang airmatanya sudah mengalir dipipinya…

“Kita gak boong Shill… Ini kita nemuin didekat lokasi kecelakaan…” Kata Ray menyerahkan bunga mawar merah yang aku bawa tadi… Bunga mawar merah itu tampak layu dan sudah tak berbentuk bunga dan sebuah boneka teddy bear yang masih utuh… Aku ingat,,, Saat kecelakaan aku memeluk boneka itu,, jadi boneka itu tidak apa-apa…

“Sepertinya itu untukmu Shilla…”Kata Ozy…

Shilla terdiam melihat itu semua… Kemudian Ia pingsan… Semua nampak panik dan menggotong Shilla masuk kedalam…

Aku menjajari langkah Shilla masuk kesebuah koridor rumah sakit… Dia tampak tergesa-gesa… Dia kemari untuk melihat jasadku,,

Adakah orang yang bisa membantuku agar aku dapat mengatakan pada Shilla kalau aku ini ada disampingnya? Sepertinya takkan ada!

Shilla masuk kedalam kamar jenazah… Gabriel dan kawan-kawan sudah lebih dulu berada disana… Shilla tadi baru sadar dari pingsannya… Tanpa dia tahu kalau aku menemaninya saat itu…

Tampak seseorang terbujur kaku diatas sebuah ranjang… Ya itu aku… Aku juga rasanya ingin menangis melihat ragaku disana…

Shilla menangis sambil memeluk ragaku… Ingin rasanya aku membelai dan menenangkannya… Tapi bagaimana mungkin…? Aku tak bisa menyentuh benda apapun sekarang…

“Cakka… bangun Cakka… Aku mau jawab pertanyaan kamu… kan aku janji akan menjawabnya kalau aku berusia 17 tahun… sekarang aku udah 17 tahun kamu juga janji bakalan nunggu aku kenapa kamu yang pergi duluan…” Kata Shilla sambil terisak-isak…

Gabriel mencoba menenangkannya, Kini Shilla berada dipelukan Gabriel… Jujur! Aku cemburu… tapi mau bagaimana lagi? Aku tak mungkin menenangkan Shilla… Yang aku harus lakukan sekarang mencari sesuatu yang membuat Shilla bisa melihatku dan aku harus mengatakan semuanya…

Setelah selesai dari rumah sakit yang melelahkan aku mengikuti Shilla dimobilnya dia tampak masih terpukul… Berarti Shilla benar mempunyai rasa terhadapku… Di mobil Shilla ada Mama Shilla yang menenangkan Shilla sedangkan sang supir membawa mobilnya…

Tiba dirumah Shilla, Aku segera keluar dari rumahnya… Aku tak boleh berlama-lama mengikuti Shilla… Aku harus mencari sesuatu yang membuat Shilla bisa melihatku harus!

Aku berjalan luntang-lanting tanpa ada orang yang memperhatikanku ataupun menyadari keberadaanku, tak tentu arah kemana aku harus pergi… Sekitar setengah jam aku berjalan… Aku capek! Ternyata hantu juga bisa Capek… Akupun masuk kesebuah rumah yang sederhana, tanpa membuka pintu… Dari tadi aku lupa kalau aku ini hantu bisa nembus-nembus kesana kemari... hihihihihi (?) Dan tanpa pikir panjang aku segera tidur disofa diruang tamu rumah tersebut…

“AAAAAAAAAAAAAAAA… SIAPA KAMUUUU…????” Sebuah teriakan mengagetkan aku ketika aku baru saja akan tertidur…

Aku bangun dan mendapati seorang cewek dengan menggunakan tanktop dan celana pendek… Dia segera mengambil kain lalu menutup tubuhnya dengan kain itu… Aku kaget! Bagaimana mungkin dia bisa melihat aku???

“Hah??? Kamu bisa ngelihat aku???”Tanyaku tak percaya…

“Yaiyalah… aku bisa lihat kamu… emang kamu siapa? Hantu? Jin? Sampe aku gak bisa lihat kamu…Udah deh… kamu ngapain disini? Masuk rumah orang sembarangan” Katanya

“Aku Cakka… aku memang hantu… makanya aku heran kenapa kamu bisa melihatku… aku disini Cuma mau numpang istirahat soalnya aku capek… jadi maaf yah kalau aku masuk sembarangan…”

“Ah,… boong kamu… mana mungkin kamu hantu… bilang aja kamu maling… yang mau nyolong…atau jangan-jangan mau ngintip aku???…”

“Yaelah mbak… malah gak percaya… sekarang gini deh… kamu pegang tangan aku… kalau bisa dipegang berarti aku boong… kalau gak jangan kaget dan takut yah…”

Cewek itu perlahan berjalan kearahku dan mencoba memegang tanganku… tapi! Hup! Meleset…! Angin yang dia dapatkan… Kemudian Ia terdiam sejenak menelan ludahnya… Lalu…

1……

2……

3……

“HANTUUUUUU…… Huuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…..”

Aku menutup telingaku… Gila! Nih cewek suaranya cempreng abis deh kalau teriak… Bisa-bisa gendang telingaku pecah kalau begini…. Heh? Pecah? Oh iya aku lupa kalau aku ini hantu…hehehe -_-V

“Aduuuuuhhh… mbak… biasa aja kali jangan heboh gitu… aku bukan hantu jahat kok… Cuma aku lagi butuh bantuan…”

“Haaa… Gimana aku gak heboh… aku bisa lihat hantu… Gimana ceritanya???? Eits… terserah kamu mau baik kek… yang penting hantu… aku takut”

“Yaelah,… emang tampangku menyeramkan yah… Ganteng begini juga…”

“Ternyata hantu ada juga yang narsis yah…”

“Errrr -_- nama kamu siapa? Aku kan belum tahu nama kamu?”

“Aku Oik…”

“Oh ya Oik… mau gak Bantu aku… Soalnya selama ini Cuma kamu yang bisa ngelihat aku… Jadi siapa tahu kamu bisa Bantu aku…”

“Bantu apa???”

Akupun menceritakan semua tentang diriku dan bantuan yang aku perlukan dari cewek itu… Dia mendengarkannya setelah itu malah menangis… Jadi cewek sensi banget deh -__-…

“Woii… Diceritain malah nangis … sensi amat sih,, Lagi dapet yah? Mau gak bantuin aku…?”

“Hikss… abis cerita kamu kayak di film-film yang aku nonton… hiks tragisss… huuuuaaaaaa… eh tunggu-tunggu dari mana kamu tahu aku lagi dapet? Emang tembus yah?” Katanya celingak-celinguk gak jelas…

“Err… udah ah gak penting -_-… yang penting kamu mau gak bantuin aku?”

“Bantuin? Bantuin apa??”

Jedeeeerrrrr!!!!!! Jadi dari tadi nih anak gak dengar apa yang aku jelasin?”

“Denger kok… Kamu nyuruh aku supaya jadi penghubung antara kamu dan Cewek kamu tuh,, siapa namanya? sela?”

“Shilla -____-…”

“Iya Shilla itu… tapi gimana coba? Gak masuk akal banget kalau ada cewek kayak aku yang tiba-tiba datang dia gak tahu aku dan aku gak tahu dia dan bilang kalau aku bisa lihat hantu yang narsis abis kayak kamu…”

“Ya gak harus langsung juga kali… nanti kamu dikira gila… PDKT dulu deh selama beberapa hari… Pliss aku Cuma punya waktu 1 minggu mulai dari hari ini… berarti tersisa 6 hari lagi…”

“PDKT?? Emang gue MALES? Kamu suruh PDKT sama dia… Bodoh relain aja deh mas… kalau udah meninggal yaudah sana huuusss…Jangan ganggu ketenangan hidupku” Katanya dengan tega mengusirku sambil melambai-lambaikan tangannya…

Males? Apaan tuh… ih jadi cewek bawel abis kalau aku bisa megang kamu nih udah aku gemes pipi kamu sekalian aku cium…”

“Males Manusia Lesbi tau -_-… Dikira gue suka sama itu cewek pake PDKT Segala… coba aja… gak takut sama ancaman kamu… kamu kan hantu… bleee…”Katanya sambil menjulurkan lidahnya…

“Oh ya? Beneran…?” Kataku berjalan kearahnya… Oik menatapku dengan tatapan meremehkan…

Dan tanpa pikir panjang langsung aja aku coba cium cewek bawel ini… Lagi pula Cuma nakut-nakutin doang… Palingan gak bisa juga biarin deh gaya-gayaan doang…hihihi… Palingan itu cewek ngacir juga… 1 cm wajahku didekat wajah cewek bawel ini dia gak ngacir juga… Yaudah aku lanjutin aja…

Dan…

“Oooppsss…” Kataku

Oik tampak kaget sambil memegang bibirnya…

1…

2…

3…

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” Teriak Oik yang membuat capsjebol -_-

Aku menutup telingaku benar-benar deh kalau aku masih manusia mungkin gendang telingaku pecah mendengar teriakan cewek bawel ini…

“Wooiii… bisa gak sih gak usah heboh kayak gitu…”

“Gimana gue gak heboh gue dicium sama hantu…?”

“Gak apa-apa yang penting hantunya ganteng kayak aku… eh tapi masa yah kamu sama aku bisa ngerasain… padahalkan aku hantu… suer! Tadi aku Cuma nakut-nakutin kamu doang… gak tahunya bisa beneran…” Kataku dengan tampang innocent

“Gak mau tahu… pokoknya Cuma mau nakut-nakutin kek apa kek… yang pasti kamu harus tanggung jawab! Soalnya itu……”

“Tanggung jawab gimana coba?? Jangan bilang kalau itu……”

“Itu yang pertama… Dan masa yang pertama sama hantu sih…… mamiiiii………”

“Yaudah kalau gitu sama… makanya siapa suruh kamu ngusir aku kan gitu akibatnya… Bantu aku yah? Kalau gak aku cium lagi! mau…?”

“Gak usah pake ngacam segala kali… Iya…iya aku Bantu… tapi gak sekarang… besok yah… aku ngantuk udah jam segini coba…”

“Bener yah…?”

“Iya… sekarang gantian kamu yang bawel…”

“Makasih Oik cantik…”

“Kalau ada maunya doang baru dipuji-puji… Yaudah aku tidur dulu yah…” Katanya tapi belum beranjak…

“Kenapa belum pergi? Katanya mau tidur?”

“Lha…? kamu ngapain disini? Pulang sana!”

“Ngusir lagi nih ceritanya…? Aku gak bisa pulang… Kan yang bisa lihat aku Cuma kamu… aku nginep disini aja yah… Janji gak bakal buat masalah deh…” Kataku membentuk jari tengah dan telunjuk menjadi huruf ‘V’

“Hah? Dasar kamu hantu ngerepotin… Udah minta bantuan eh minta tinggal bareng… apa kata tetangga nanti kalau aku tinggal bareng cowok…”

“Oik…Oik… gimana sih… udah tahu tetangga kamu gak bisa lihat aku… ya plisss… Oik baik deh…” Bujukku

“Yaudah terserah… Tapi kamu tidur disofa situ aja yah… Gak boleh masuk kamar orang sembarang! Oke…”

“Oke boss…”

Oikpun masuk kekamarnya dan aku kembali ke sofa lalu tidur disana… Untuk menyiapkan diri 6 hari kedepan sebelum aku benar-benar dijemput malaikat itu lagi…

Writer’s POV

Hari Pertama

“Banguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuunnnnn……” Teriak Cakka membangunkan Oik yang sedang bermimpi indah… Oik terbangun sambil menutup telinganya…

“Hantu resek… bisa gak sih ngebanguninnya gak usah pake urat… ini hari Minggu juga… Aku kan gak sekolah…”

“Iya… tahu… tapi bisa gak sih kamu bangun pagi… soalnya ini hari pemakaman aku… kamu ikut yah… sekalian aku mau nunjukin sama kamu yang mana Shilla…”

“Yaudah… aku mandi dulu… kamu jangan ngitip lo…” Kata Oik segera bangkit dari tempat tidurnya dan………

“Cakkaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……”

“Slow bisa kali…”

“Ngapain kamu masuk kamar aku? Udah aku bilangkan gak boleh!”

“Abis aku tungguin diluar kamu gak keluar-keluar jadinya aku masuk kedalam hehehehe…”

“Huh! Awas kamu aku mandi trus kamu ikut masuk kedalam…”

“Ya tergantung kalau kamu mandinya lama aku ikut hihihi…”

“Yaudah… aku gak mau Bantu…”

“Yaaa… orang Cuma becanda juga… ayo buruan dah…”

Oikpun masuk kekamar mandi sementara Cakka menunggu diluar…

Cakka dan Oik berjalan masuk kesebuah rumah yang dipenuhi banyak sekali orang yang menggunakan pakaian berwarna hitam… Itu adalah rumah Cakka…

“Cakka… aku gak nyaman disini orang-orang kan gak kenal aku…” bisik Oik pada Cakka…

“Udah… gak apa-apa kok… kita disini gak lama… aku Cuma mau nunjukin sekalian ngenalin teman-temanku”

“Aku kan gak minta dikenalin sama teman-teman kamu…”

“Yaelah gak bakal kenalan formal kok… Cuma mau nunjukin deh…”

“Yaudah dari sini aja… gak usah masuk… aku gak tahan kalau lihat orang nangis… aku juga bakalan ikut nangis…”

“Gimana kamu mau liat orangnya coba mereka kan didalam…?”

Sementara Oik berbicara dengan Cakka… Orang-orang disekitarnya menatap Oik aneh karena bercakap-cakap sendiri…

“Tanggung jawab kamu Cakka,,, aku dikira gila…”

“Makanya jangan lama-lama disini coba… ayo masuk…”

“Iya,, hantu resek begini deh jadinya…”

Oikpun dengan gontai mengikuti langkah Cakka… Mereka masuk kedalam rumah Cakka… Ayah dan Bunda Cakka terlihat menangis disamping jenazah yang dibungkus dengan kain kafan… Sedangkan Shilla duduk terkulai lemah tak jauh dari situ disampingnya ada Ify yang sibuk mengusap-usap punggung Shilla menenangkannya sambil memberikan minum pada Shilla…

Cakka menatap Oik disampingnya… Gadis itu sudah berlinang airmata…

“Lah? Kok malah kamu yang nangis?? Harusnya kan aku yang nangis…”

Kan udah aku bilang aku gak bisa lihat orang nangis… aku juga bakalan nangis…”

“Ah… cengeng deh…”

“Aku pulang nih…” Kata Oik yang sudah berbalik badan

“Iya deh… Jangan… Sekarang kamu lihat yah… yang itu Shilla…”

“Yang mana?”

“Itu yang lagi nangis disofa,,…”

“Lha? Kan ada 2 cewek disitu…”

“Yang lagi minum air bukan yang memberi minum… kalau yang memberi minum itu namanya Ify… Dia pacar temanku namanya Rio… hmmm… ah itu dia teman-temanku…”Kata Cakka sambil menunjuk kearah teman-teman Cakka yang sedang duduk tak jauh dari tempat Shilla dan Ify

“Yang gondrong namanya Ray, yang wajahnya oriental Alvin, yang lagi megang-megang kepalanya itu Ozy, yang rambutnya berdiri itu Gabriel… trus yang pake jaket hitam itu Rio… yang lagi ngelamun itu Obiet dan yang baru datang itu namanya Irsyad…”

Tak lama kemudian suara teriakan histeris dari Bundanya Cakka…

“Cakkaaaaaaaa………… hiks…… jangan pergi nak… bunda sayang Cakka…” Bunda Cakka menangis sambil memeluk jasad yang telah dibungkus kain kafan tersebut…

“Cakka juga sayang bunda…”Lirih Cakka

Cakka menatap Oik yang disebelahnya sudah menangis tersedu-sedu…

“Hikss… hiksss……”

“Oik… kamu gak apa-apa kan?”

“Hiks… Cak…hiks…ka… hiks… a,… hiks…ku…”

“Yaudah..yaudah kita keluar dari sini,,, dari pada kamu pingsan disini…” Kata Cakka menarik Oik keluar dari rumah duka tersebut menuju kesuatu tempat yang letaknya tak jauh dari rumahnya… Sebuah Danau…

“Udah ya… Oik… jangan nangis lagi… jadi cewek sensi banget, harusnya kan bagian aku yang nangis tersedu-sedu tadi… kok malah kamu…?”

“Aduuuuuuuhhhhh Cakka… harus berapa kali aku jelasin kalau aku gak bisa ngelihat orang nangis… aku juga bakalan ikut nangis…”

“Tapi gak lebay kayak tadi juga kali… kamu bikin aku panik tahu gak…”

“Abis Bundamu itu loh,,, aku kan jadi sedih ngigat Mama aku…”

“Oh iya orang tua kamu kemana perasaan aku gak lihat orang tuamu… kamu tinggal sendirian dirumah itu?”

“Aku anak Yatim piatu… Aku gak punya papa dari kecil… Mamaku meninggal 1 tahun lalu jadi aku tinggal sendiri dirumah… Ada sih Nenek aku yang ngebiayain aku sekolah… awalnya dia minta aku tinggal dirumahnya yang mewah… tapi aku menolak karena aku ingin mandiri…ah udah ah Cakka jadi mellow lagi aku nangis lagi loh…” Kata Oik berusaha tersenyum walau airmatanya mengalir dipipi…

Cakka Cuma diam dan menatap Gadis manis yang berada didepannya ini… Kalau dilihat-lihat Oik adalah sosok gadis yang manis dan mandiri buktinya dia berhasil menjalani hidupnya sendiri tanpa orang tuanya…

“Woiii… ngapain kamu ngelihatin aku kayak gitu… naksir?”

“Yeeee… enak aja… aku lagi bertanya-tanya dalam hatiku… kenapa sih aku hanya bisa dilihat oleh cewek bawel kayak kamu..?heran deh!”

“Wooooo… hantu resek… udah nongol tiba-tiba datang tak dijemput… awas kamu pulang minta dianter…, ngata-ngatain orang bawel… Minta bantuan gaje lagi…errr…”

“Jadi gak ikhlas nih kamu Bantu aku?”

Oik terdiam tak menjawab pertanyaan Cakka… Kemudian dia seperti kaget dan sadar akan sesuatu…

“Eh…eh… tunggu…tunggu… tadi kamu megang tangan aku kemari… Kok bisa?”

“Wah… iya juga yah… Kok bisa yah?”

“Malah dia balik nanya…”

Cakkapun mendekat kearah Oik… semakin dekat… dan dekat…

“Ehhhhh… mau ngapain kamu???” Tanya Oik yang masih parno dengan kejadian kemarin…

“Hehehehe… Jangan parno deh Ik… aku gak bakal ngapa-ngapain kamu Cuma mau ngetes doang… Siapa tahu aku juga bisa meluk kamu…” Kata Cakka diakhiri dengan cengiran khasnya…

“Cakkaaaa… kamu memang benar-benar hantu resek… udah ah… coba kamu megang tangan aku aja gak usah pake peluk-peluk…nih…” Kata Oik memberikan tangannya untuk dipegang Cakka…

Cakka mencoba memegang tangan Oik lagi… Tapi… Hup! Dia menembus tangan Oik…

“Gak bisa Ik…”

“Coba lagi deh…”

Cakka mencoba kembali… tapi tetap saja tidak bisa…

“Udah ah Ik… nyerah kayaknya memang gak bakalan bisa…”

“Pasti bisa Cakka… Kamu tadi bisa kok megang tangan aku… aku merasakannya…”

“Tapi Ik…”

“Pasti ada caranya, setidaknya itu bisa membantu kamu dan aku menghadapi Shilla nantinya…” Oik memotong omongan Cakka dengan wajah yang meyakinkan…

Cakka Cuma diam saja melihat Oik…

“Oh ya Cakka kita gak ke TPU?... Kayaknya sekarang kamu bakalan dimakamkan deh…”

“Gak usah Ik…”

“Kenapa?”

“Nanti aku bakalan sedih melihat semuanya… dan satu lagi aku gak mau lihat kamu mengeluarkan airmata nanti kamu pingsan lagi kan aku yang panik soalnya aku yang bawa kamu… mending kamu temani aku tidur disini…” Kata Cakka sambil berbaring diatas rerumputan yang membentang disepanjang pinggiran danau tersebut dibawah pohon rindang…

Oikpun ikut merebahkan diri disamping Cakka… Angin sepoi-sepoi berhembus membawa ketenangan dijiwa… Oik menutup matanya perlahan…

“Ik… Tahu gak dulu aku dan Shilla sering kesini loh… kita sering main bareng disini… dan kita namain danau ini Wish Lake… karena danau ini penuh harapan…”

Tak ada jawaban dari Oik karena Oik telah tertidur…

“Ik… Oik…” Panggil Cakka

Cakka segera menoleh kesampingnya… Oik dengan pulas tertidur disampingnya dengan senyum mengembang dipipinya… Cakka ikut tersenyum melihat gadis disampingnya… Kadang-kadang bawel, tapi kalau sedang tertidur dia manis sekali…

Cakka mencoba menyentuh Pipi Oik menggunakan tangannya… Dan, Bisa… Pipi lembut Oik terasa ditangan Cakka… Kenapa Begini?

Setelah itu Cakka ikut memejamkan matanya dan ikut tertidur…

Hari Kedua

Cakka terbangun dari tidurnya, Terlihat sebuah kertas berada di atas meja tak jauh dari tempat dia berada…

Hei hantu bawel… Aku udah pergi sekolah…

Jangan susul atau cari aku disekolah yaaa…

Aku gak mau ngasih tahu sekolahku sama kamu ah~

Oh ya, titip rumahku awas aku pulang ada yang ilang…

Oke… aku pulang sekolah jam 2.. janji deh pulang sekolah,

Aku bakal Bantu kamu…

~Oik~

Setelah membaca catatan yang ditinggalkan Oik… Cakka segera melangkahkan kakinya hmm,, sebenarnya dia bisa sih gak mengijakan kaki diatas tanah alias terbang tapi rasanya tidak etis,, hehehe… Dia mengelilingi rumah sederhana Oik… Dan tertarik pada sebuah sebuah ruangan yang terkunci rapat sepertinya itu hanya ruangan kecil… Cakka mendekat lalu menembus pintu tersebut sehingga dia bisa masuk kedalamnya…

Cakka memandang kekiri dan kekanan benar saja ruangan itu kecil hanya berisi buku-buku kuno sepertinya… Untuk apa Oik menyimpan buku-buku kuno seperti ini? Cakka melihat-lihat buku-buku tersebut lalu tertarik pada buku yang lumayan tebal dengan cover berwarna hitam polos berjudul ‘ĞħΦςţ’…

Cakka mengambil buku tersebut lalu keluar dari ruangan itu…

Cakka sedang asyik tidur ketika Oik baru pulang sekolah… Dengan seragam putih abu-abunya dia melangkah masuk kedalamnya dan mendapati Cakka sedang tertidur diatas sofa yang biasa menjadi tempat tidur Cakka…

“Huh! Rugi nampung hantu kayak kamu, tukang molor… Banguuuuuuuuunnnnn…” Teriak Oik seraya balas dendam akan waktu itu dia juga dibangunkan Cakka dengan cara teriak seperti itu…

“Yah,,, mulai lagi nih cewek bawel… udah pulang sekolah?”

Oik menepuk jidatnya… “Ya ampuuuun, pake ditanya lagi… -_- Yaiyalah… udah cepetan mau aku Bantu gak hari ini? Kalau gak mau yaudah aku juga masih banyak pekerjaan lain yang perlu diselesaikan”

“Iya… iya… ngalah deh, aku bangun… tapi kamu ganti baju yah… masa mau pake seragam sekolah…”

Tanpa banyak kata-kata Oik segera masuk kedalam mengganti bajunya lalu keluar lagi dengan pakaian santai…

“Udah… sekarang aku Bantu kamu dari mana?” Tanya Oik…

“Sepertinya… pulang sekolah Shilla sering ke…… Wish Lake…”

Wish Lake? Dimana itu?”

“Danau yang kemarin… ayo buruan kita kesana…”

Cakka dan Oikpun pergi ke danau kemarin… Disana sepi tak ada orang merekapun duduk disebuah bangku yang tak jauh dari situ… Tak beberapa lama kemudian datang seorang Gadis cantik berambut panjang gelombang… Menuju ke danau tersebut, Itu Shilla… Cakka hanya bisa mengagumi kecantikan Gadis tersebut dari kejauhan… Dia terpanah, apalagi ketika rambut panjangnya itu tertiup angin…

“Woiii… hantu resek… kamu kayak lagi ngeliatin apa aja… sampe segitunya… biasa aja kali… sekarang apa yang mesti aku lakukan?” Tanya Oik

“Oh..iya, maaf… gini yah kamu samperin itu Shilla… pertamanya kamu kenalan dulu deh… tapi pura-pura gak disengaja gitu… jangan dulu bahas soal aku pokoknya… kamu usahakan bisa akrab dengan dia yah… anaknya baik kok, easy going juga…” Kata Cakka

Oik mendengus… “huh.. tapi aku gak jago acting Cakka…”

“Udah sana buruan plisss… Bantu aku…”Kata Cakka dengan tampang innocent nya… Akhirnya Oikpun melangkahkan kaki mendekat kearah Shilla dan Cakka mengekor dibelakang…

“Ngapain kamu ngekor?”

“Ya, jagain kamu lah… kali aja aku bisa Bantu juga… sekalian mau dekat dengan Shilla…” Kata Cakka yang lagi-lagi diakhiri cengirannya…

Terlihat Shilla sedang duduk ditepi danau sambil sesekali melempar-lempar batu kearah danau tersebut tatapan yang kosong menyiratkan kalau gadis tersebut sedang bersedih hatinya… Dengan perlahan dan hati-hati Oik mendekat kearah Shilla, Lalu duduk disamping kanannya sedangkan Cakka disamping kiri Shilla… sepertinya Shilla belum menyadari keberadaan Oik…

“Hai…” Sapa Oik…

Shilla hanya menoleh kearah Oik sebentar tersenyum Samar lalu kembali mengarahkan pandangannya kearah danau yang ada didepannya…

“Kamu lagi sedih yah?... hmm kenalin aku Oik…” Kata Oik sambil mengulurkan tangannya…

Tak lama kemudian Shilla membalas uluran tangan Oik

“Shilla…Iya aku lagi sedih…”

“Sedih kenapa?” Tanya Oik berpura-pura tidak tahu… Sementara Cakka hanya memperhatikan pembicaraan Shilla dengan Oik…

“Oh… gak apa-apa kok… lagian walaupun aku cerita ke kamu nanti gak bakal merubah keadaan…”

Oik tak tahu harus berbicara apa lagi… dia melihat kearah Cakka yang masih saja memperhatikan Shilla… dalam hatinya

‘Huh… hantu resek… gimana sih, katanya mau Bantu kalau aku kehabisan kata-kata,, ehhh… ini malah asyik-asyikan mandangin wajahnya Shilla…errr…’

“Disini kok dingin yak… aku kayak ngerasa ada hawa yang aneh…” Kata Shilla yang bulu kuduknya mulai merinding dan merasakan kehadiran Cakka sebagai hantu…

“Ah… masa? Perasaan kamu aja kali Shill…” Kata Oik…

Tiba-tiba seorang cowok dengan rambut jabrik serta kerah seragam sekolahnya yang diangkat keatas datang menggunakan motor lalu menoleh kearah Shilla seperti memanggil Shilla…

“Oik… aku pulang dulu yah… badanku terasa gak enak… senang bisa kenalan dengan kamu… Daaa” Kata Shilla segera berlari kearah cowok tersebut lalu naik keatas motornya dan mereka pergi dari situ… Terlihat perubahan diwajah Cakka… Marah? Mungkin…

‘Tunggu… cowok tadi kan temannya Cakka… siapa itu namanya? Ehm, Gary, ah bukan Ga… Ga, mmm Gabriel… iya...’

“Cakka, kamu gak apa-apakan?”

“Ah… gak kok… kita pulang Yuk nanti lanjutkan besok aja…” Kata Cakka berjalan mendahului Oik…

Hari ketiga

Oik sedang memberes-bereskan ruang tamu… tempat itu sangat berantakan… Biasanya terlihat rapi, tapi semenjak kedatangan Cakka tempat itu jadi amburadul…

“Hantu resek makin ngerepotin aja deh… udah numpang dirumah orang, pake ngeberantakin barang-barang lagi…errr…” Oik ngomel-ngomel sendiri…

Lalu dia menemukan sebuah buku disamping sofa tempat Cakka tidur… Buku itu berjudul ‘ĞħΦςţ’ Oik tertarik dengan buku tersebut lalu membuka buku itu… Setelah membuka-buka buku tersebut cukup lama Oik tertarik pada sebuah Bab didalam buku tersebut.

Bab 9: Hantu bisa berinteraksi dengan Manusia?? Tentu bisa dong!

Untuk dapat berinteraksi dengan manusia. Hantu perlu pengendalian diri…

Kadang kala ada hantu yang hanya bisa memegang benda-benda mati tanpa bisa

memegang makhluk hidup…Biasanya itu adalah hantu baru, yang diperlukan

hantu agar dia bisa memegang, menyentuh, Ataupun berinteraksi dengan manusia

adalah pengendalian diri… tentu saja dengan perasaannya Seorang hantu tentu

saja punya perasaan… Tapi bagaimana dia bisa mengendalikannya?

Itu tergantung pada sang hantu…!

Begitulah kira-kira isi kutipan Bab yang Oik baca… Membuat Oik mendapatkan sebuah ide cemerlang…

Cakka masuk kedalam rumah Oik dengan tampang dan wajah yang kusut…

“Dari mana aja kamu Cakka?”

“Jalan-jalan cari angin…” Ujar Cakka asal-asalan…

“Kok wajah kamu kusut gitu sih?”

“Tadi dijalan aku melihat Shilla…”

“Loh? Lihat Shilla kok malah wajah kamu kusut begitu? Biasanya kan sumringah…”

“Dia gak sendirian… Bareng Gabriel… dan parahnya tadi Gabriel nembak Shilla…”

Oik kaget… “Trus apa jawabannya? Diterima?”

Cakka menggeleng…

“Lah? Gak diterima kok malah sedih?”

“Tapi dia gak nolak juga… alias gak jawab… huh! Kayaknya aku gak usah lanjut aja deh… lagipula ini mustahil kan Shilla bisa bersamaku? Dia lebih pantas bersama Gabriel… Lagi pula tinggal 3 hari lagi… mana mungkin dengan begitu Shilla bisa melihatku? Atau setidaknya merasakan aku hadir? Gelang ini juga sebentar lagi akan memutih” Kata Cakka sambil menatap gelang yang sudah mulai memudar warna ungunya dan akan segera digantikan dengan warna putih…

“Hei… Boy… kamu gak boleh nyerah gitu… wake up… Perjuangan kamu beberapa hari ini jangan kamu sia-siain begitu aja… Aku gak nyangka hantu resek kayak kamu bisa nyerah Cuma gara-gara hal seperti itu… Semangat! Fighting..! Lagipula kamu kan hanya ingin mengungkapkan semuanya pada Shilla setidaknya buat dia tahu agar kamu bisa pergi dengan tenang…” Kata Oik memberi semangat pada Cakka…

Cakka berpikir sebentar…

“Tapi bagaimana caranya?...”

“Buku ini! Memangnya kamu belum membacanya? Aku menemukan buku ini disamping sofa ini… dimana kau menemukan buku ini?”Tanya Oik

“Ya… kemarin aku ingin membacanya tapi aku menundanya… aku menemukan itu diruangan kecil disamping kamar kamu… emang buku itu bisa Bantu apa?”

“Ruangan itu… tak ada kuncinya itu ruangan tempat buku-buku mama disimpan… yasudahlah tak penting… yang penting buku ini benar-benar bisa membantu… coba kamu baca di Bab 9…” Kata Oik menyerahkan buku itu untuk Cakka baca…

Cakka membaca tulisan yang tadi dibaca Oik di Bab 9…

“Tunggu… tunggu… katanya kan disini kalau aku pake pengendalian diri dan perasaan aku bisa berinteraksi dengan manusia… Lha? Berarti yang kemarin-kemarin yang aku lakuin sama kamu itu pake pengendalian diri dan perasaan dong?”

Oik berpikir sejenak… Dia juga bingung…

“Yaudah gak usah diambil pusing… untuk hari ini kamu latihan dulu deh pengendalian diri dan perasaan… Aku punya rencana, supaya Shilla percaya… Nanti kalau kamu sudah bisa berinteraksi dengan manusia… aku gampang ngejelasin ke Shilla tentang kamu… Shilla juga bisa merasakan walaupun dia tidak melihatmu dan setidaknya aku tidak dipikir orang gila…”

“Oke deeeehhh… ternyata walaupun bawel kamu pinter juga…hehehehe…”

Cakka mulai berlatih pengendalian diri dan perasaannya dibantu Oik dan buku yang berjudul ‘ĞħΦςţ’ tersebut… Awal-awalnya gagal tapi akhirnya setelah hampir seharian berlatih, berhasil juga…

“Nah sekarang udah kan, kamu udah bisa megang aku… aku udah bisa ngerasain kalau kamu meniup angin kearahku… oke now, kita latihan nanti kamu berhadapan dengan Shilla… sekarang bayangkan kalau aku ini Shilla… dan coba kamu pegang tanganku…” Kata Oik…

Cakka mulai membayangkan kalau Oik adalah Shilla… dan…

“Apa yang kamu lakuin Cakka..? kok bisa nyungsep kesofa gitu?” Tanya Oik...

“Ih… tadi kamu kan suruh aku bayangin kamu itu Shilla… ya aku bayangin toh… trus pas aku mau peluk malah gak bisa… aku malah nembus-nembus sampe nyungsep ke sofa deh…”

“Ehhh… orang suruh pegang tangan malah mau meluk…”

“Yee… maaf… habiskan aku kangen sama Shilla…”

“Heiii Cakka… dibuku ini tertulis kalau kamu tidak boleh tergoda dengan apapun karena itu akan menghilangkan konsentrasi kamu…errr… ulang lagi…”

“Aku gak bisa kalau ngebayangin Shilla… bisanya cewek bawel kayak kamu…”

“Ih… Cakka… masih bisa yah becanda… orang serius… udah latihan lagi… Sekarang ayo pegang tangan aku dan bayangin kalau aku ini Shilla… buru!”

Cakkapun mencoba lagi apa yang dikatakan Oik… Membayangkan Shilla yang berada didepannya… tapi susah, apabila dia membayangkan Shilla dia tak bisa berkonsetrasi… dan entah kenapa hanya Oik yang bisa membuatnya berkonsentrasi… Jadi tetap saja dia membayangkan Oik yang berada didepannya karena memang kenyataannya seperti itu…

Tiba-tiba…

“Kamu gak mau tingalin kamu… Aku belum siap… Aku sayang kamu…” Ucap Cakka yang langsung menyambar Oik dan memeluknya…

Oik jadi speechless… Perlahan wajahnya memerah…

“Eh,,, maaf Oik… aku… itu… anu… tadi spontan…” Kata Cakka yang tiba-tiba gugup…

“Haha… gak usah dipikirin Cakka… kamu berhasil… pasti tadi kamu membayangkan Shilla… Okelah… udah berarti awas yah nanti kalau ketemu Shilla kamu gak bisa nguasain diri kamu yah…hoooaaam, ngantuk… udah malam, aku tidur dulu… besok kita mulai menjalankan rencana…” Kata Oik melangkah menuju kamarnya sambil berusaha mengatur nafasnya dan debaran jantungnya yang entah kenapa jadi lebih keras dari sebelumnya…

‘Yang tadi aku sama sekali gak membayangkan Shilla… tapi kamu Ik.., aku juga gak tahu kenapa....’ Kata Cakka dalam hatinya

Hari Keempat

“Cakka kamu yakin Shilla nanti kemari?”Tanya Oik

“Yakinlah… itu Shilla biasa lari sore ditempat ini… nanti kamu pura-pura juga kebetulan lari sore ditempat ini…”

Terlihat Shilla dari jauh sedang berlari kecil sambil sesekali mengusap keringatnya…

“Itu dia… ayo samperin gih…” Kata Cakka mendorong Oik…

“Ih mentang-mentang udah bisa interaksi juga sekarang main dorong… sabar… aku pasti bantu… tapi gak usah pake dorong-dorong juga kali…”

“Buruan…”

Oikpun berlari kearah Shilla… Cakka Cuma melihatnya dari jauh… Dia memberikan kesempatan untuk Oik mengakrabkan diri dengan Shilla…

“Hei… Shilla… ketemu lagi kita…”

“Eh Oik… iya nih… sendirian…”

“Oh… gak sebenarnya berdua Cuma yang satunya gak tahu kemana lagi… sering lari sore disini ya?”

“Iya… dulu sering sama sahabat aku…”

“Lha? Emang sekarang sahabat kamu kemana?”Tanya Oik pura-pura bego…

“Dia udah gak ada Ik…”

“Gak ada? Maksudnya meninggal gitu?”

“Iya…” Kata Shilla yang wajahnya berubah sedih…

“Oh… maaf gak maksud buat kamu sedih…”

“Gak apa-apa kok… maaf yah aku agak jutek sama kamu waktu itu soalnya sahabat aku barusan pergi”

“Gak apa-apa kok… aku tahu rasanya kehilangan…Apalagi seorang sahabat seperti ca…hmm” Oik hampir keceplosan…

“Apa kamu tadi bilang Ik… maaf aku ga dengar baik…”

“Gak... aku gak bilang apa-apa kok…hehehe… mau cerita-cerita kita duduk disana aja yuk…” Kata Oik menunjuk sebuah bangku yang tak jauh dari situ…

Oik dan Shilla berjalan menuju ketempat yang ditunjuk Oik dan bercerita-cerita bak Kawan lama…

“Cakka, kamu ngapain ninggalin aku sendirian sama Shilla tadi? Malah kabur pulang lagi kamu gak tanggung jawab banget…” Kata Oik marah-marah karena ditinggal Cakka ketika dia masuk kedalam rumahnya…

“Habis aku gak mau ganggu kamu sama Shilla… huh! Tinggal 2 hari lagi kesempatanku meyakinkan Shilla… apa bisa?” Kata Cakka putus asa…

“Bisa… tadi aku cerita-cerita banyak sama Shilla… kayaknya dia juga punya perasaan yang sama kayak kamu deh… Dia juga cerita tentang Gabriel sama aku…”

“Trus?... katanya dia belum jawab karena dia belum tahu kepastian perasaannya pada Gabriel…”

“Oh…”

“kok oh sih?”

“Gak apa-apa…”

“Hantu aneh…”

Hari kelima

Oik janjian dengan Shilla disebuah café kemarin mereka juga sempat tukar-tukaran nomor HP… sepertinya ini saat yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya pada Shilla…

Entah kenapa hati Oik malah tidak rela mengatakan semuanya kepada Shilla… mengingat kalau Cakka telah mengatakan semua pada Shilla itu berarti akhir dari semuanya… Cakka akan pergi, meski baru mengenal Cakka beberapa hari tapi Cakka tanpa disadari telah mewarnai kehidupan Oik yang selama ini datar-datar saja… Meski Cakka adalah hantu yang resek tapi dia juga yang sering menghibur Oik…

“Udah siap Cakka?”

“Gak tahu…” Kata Cakka tiba-tiba tidak bersemangat… dia sendiri bingung dengan perasaannya saat ini… Jangan bilang kalau Cakka mulai tertarik dengan Oik?

Setelah beberapa menit melakukan perjalanan menuju café tersebut akhirnya Cakka dan Oik tiba…

Shilla sudah dari tadi berada di café tersebut…

“Hei Shilla… maaf kamu lama nunggunya yah?” Tanya Oik lalu duduk disamping Shilla sementara Cakka berdiri disamping Oik…

“Yah, lumayan… Oh ya kamu ngapain ajak aku kemari…?”

Oik menarik nafasnya…

“Sebelumnya aku mau bilang sama kamu… aku lagi gak bergurau… jadi mohon kamu percaya sama aku yah Shill..”

“Aku percaya kok sama kamu…”

“Jadi gini Shil…………………

Oikpun menceritakan dari titik awal pertemuannya dengan Cakka sampai pada detik itu…

“Begitu Shilla… bahkan sekarang Cakka ada disini… bersama kita…”

Shilla tertawa tapi airmata mengalir dipipinya… “Gak Ik… Cakka udah gak ada… kamu jangan bergurau deh…”

“Benar Shilla… aku gak bergurau… Kamu mau bukti kalau Cakka itu ada bersama dengan kita? Ayo Cakka tunjukan kalau kamu itu ada” Kata Oik yang sudah ikut-ikutan menangis…

Cakka diam saja dia tak merespon…

“Cakka ayooo…” Pintah Oik…

Cakka mendekat kearah Shilla… Kini dia berada tepat disamping gadis yang membuat dia masih didunia ini…

“Ayo Cakka…” Pintah Oik dengan nada meninggi… Cakka mencoba membelai rambut Shilla… Tapi entah kenapa semuanya blank… Entah kenapa yang ada dipikiran Cakka itu Oik bukan Shilla… Sehingga tak bisa…

Cakka menggeleng kepalanya…

“Aku gak bisa Oik…”

“Kamu pasti bisa…”

“Mana Ik? Mana? Itu Cuma khayalan kamu Cakka udah gak ada Ik… Gak ada!...” Kata Shilla menyambar tasnya lalu keluar café sambil menangis tersedu-sedu…

Sedangkan Cakka hanya terdiam sambil melihat tangannya…

“Cakka tadi kamu kenapa? Itu kesempatan bagus… aku sudah bela-belain dikira gila untuk bantu kamu…” Oik kembali marah-marah

“Tapi Oik… aku tadi benar-benar gak bisa…”

“Gak bisa kenapa?”

“Eh…… tadi yang ada dipikiran aku kamu bukan Shilla…”Kata Cakka…

Oik shock sebentar… Entah dorongan darimana Cakka memeluk Oik untuk yang kedua kalinya… Oik Cuma bisa menelan ludah…

“Aneh kan? Kalau sama kamu aku bisa tapi dengan Shilla………… errr,, aku juga bingung… lagipula dia juga gak percaya sama aku…”Kata Cakka masih memeluk Oik…

Oik melepaskan pelukannya…

“Aku janji Shilla akan percaya sama kamu walaupun besok hari terakhir kamu untuk meyakinkannya sebelum kamu pergi lagi…” Kata Oik berjanji walaupun hatinya berkata lain…

Hari Keenam

Cakka tak melakukan apapun dia pasrah berada dirumah Oik sambil tidur disofa tempat biasa Ia tiduri…

Tanpa sepengetahuan Cakka, Oik pergi kerumah Shilla…

‘Tok…tok…tok…’ Suara pintu diketuk…

Shilla membuka pintunya ketika dia melihat Oik, dia hendak menutup pintunya kembali tetapi berhasil dicegat Oik…

“Shill… aku mau ngomong… penting… aku gak lama kok… aku gak perlu masuk kedalam rumah yang pasti aku Cuma mau bilang sama kamu… Kalau kamu yakin bahwa Cakka itu masih ada karena kamu… tolong besok datang ke Wish Lake, jam 3 sore… dia nunggu kamu disana… dia ingin mengucapkan kata terakhir sebelum pergi untuk selama-lamanya” Kata Oik…

Shilla hanya diam…

“Yaudah aku pergi dulu….”

Hari Terakhir

Mentari menampakan pesonanya… Burung-burung berkicau merdu… Cakka masih saja duduk diam sama seperti diposisinya kemarin… Oik datang menghampirinya…

“Cakka…”

Cakka hanya menengok sekilas kearah Oik lalu kembali melamun…

“Ini hari terakhirku Oik… aku sudah tidak punya waktu… jadi sia-sia saja aku minta waktu…”

“Siapa bilang? Kau punya”

“Maksudmu…”

“Sebentar sore jam 3 Shilla menunggumu di Wish Lake… yakinkan dia disana… Good Luck Boy…”Kata Oik lalu beranjak dan pergi kesekolahnya…

Sore harinya…

Cakka mondar-mandir tidak karuan di depan rumah Oik dia bingung saat ini… Ya, Tak bisa dipungkiri kalau Cakka kini telah jatuh cinta kepada Oik yang walaupun hanya dikenalnya beberapa hari ini… Tapi dia juga masih mengharapkan Shilla… Mana yang harus dia pilih?

“Cakka kenapa kau masih disini? 5 menit lagi jam 3…” Kata Oik yang baru saja tiba dirumahnya…

“Aku bingung Oik…”

“Bingung kenapa?”

“Entahlah,, tapi kalau aku pergi ketempat Shilla kamu takkan sedih kan?”

“Buat apa aku sedih?” Kata Oik tersenyum palsu…

“Oh ya sudah… aku pergi dulu…”

Cakkapun berlalu dari Oik…

Sudah 15 menit Cakka pergi Oik duduk diteras rumahnya…

“Pasti Cakka sudah menyampaikan semuanya pada Shilla… hmmm… Cakka andai kamu tahu…”Kata Oik hendak masuk…

“Aku tahu apa?”Tanya Cakka

“Cakka??”

“Iya ini aku…”

“Tapi…hmm Ayo cepatlah pergi gelangmu sudah hampir putih…”

“Aku tak akan pergi… karena aku tahu cintaku ada disini…”

“Maksudmu?”

Cakka mendekat kearah Oik lalu memeluknya…

“Tuhan itu adil… Dia memberiku kesempatan … karena sebelumnya selama aku hidup aku belum bertemu dengan gadis semanis kamu, sebawel kamu dan semandiri kamu… jadi dia memberiku kesempatan untuk itu… dan akhirnya aku jatuh cinta dengannya...”

“Maksudmu Cakka?”

“Ya… aku jatuh cinta denganmu dan aku tahu kaupun sama… jadi maukah kau menungguku menjemputmu kembali?”Tanya Cakka

Oik terdiam dia speechless

“Ayo jawab…”

“I… Iya aku mau Cakka…”

Cakka tersenyum… Tiba-tiba sebuah Cahaya bersinar terang dan menyilaukan mata datang menghampiri mereka… Dari situ turun seorang malaikat yang waktu itu memberikan Cakka kesempatan 1 minggu menyelesaikan masalahnya dibumi…

“Dia sudah datang menjemputku… aku pergi dulu Oik… aku pegang janjimu… Thanks Oik… I Love you…” Kata Cakka mengecup kening Oik…

I Love you too, Cakka…”

Cakkapun segera menuju ketempat malaikat itu berada… Badannya kembali terasa ringan… dan dia melayang…

“Sudahkah kau menyelesaikannya?”

Cakka menatap Oik sebentar lalu mengangguk…

“Mari ikutlah denganku…” Kata Malaikat tersebut mengulurkan tangannya… Sepasang sayap muncul dipunggung Cakka dan kini dia terbang menembus siluet-siluet awan diangkasa…

Oik menatapnya sampai Cakka benar-benar menghilang…

“Akan ku tunggu Cakka”

@ Wish Lake

“Sudahlah Shilla Cakka takkan datang…”Kata Gabriel…

“Tapi aku yakin dia akan datang…”

“Jangan percaya pada Gadis itu dia hanya bergurau…”

Shilla menatap Wish Lake itu sebentar lalu akhirnya pergi dengan Gabriel…

Dari atas ada sebuah bintang yang tampak berkedip…

60 Tahun kemudian…

“Nek Oik, sendirian saja? ngapain?”

“Ah iya… nenek lagi menyulam sendiri…”

“Kenapa nenek gak mencari pendamping hidup…?”

“Karena nenek yakin disurga nanti nenek akan punya pendamping yang abadi…” Kata Oik…

“Oh yaudah nek Ria pergi dulu yah… mudah-mudahan sulamannya selesai yah…”

“Makasih Ria…”

Oik menjahit sulaman yang terakhir… selesai…!

Sebuah kain manis dengan sulaman Cakka dan Oik…

Tiba-tiba sebuah cahaya yang menyilaukan datang… Hei lihat itu Cakka 60 tahun yang lalu…

“Oik… inilah saatmu… masih maukan kau menjadi pendampingku?”

“Tentu saja… aku selalu menunggumu datang menjemputku” Kata Oik menyambut tangan Cakka… Pakaian Oik berubah warna menjadi putih dan mempunyai sayap sama seperti halnya Cakka satu lagi wujudnya kembali seperti 60 tahun yang lalu…

Kini Cakka dan Oik bisa merangkai cerita cinta mereka yang abadi di Nirwana… J

_The End_

----------------------------ooooo000ooooo----------------------------

6 komentar:

Intan mengatakan...

Keren Kak!
Aku kebawa banget sama ceritanya :)

Fhily Anastasya mengatakan...

Keren 9
Lumayan 2
Gaje -
Aneh -

thanks readers, visitors, haters, lovers :)

Anonim mengatakan...

Kak,kok ceritanya cakka sama oik mulu sih? Cakka sama shilla donggg..

Unknown mengatakan...

cakshill dong

Unknown mengatakan...

So Sweet..:D

widya kurnia lestari mengatakan...

keren aku suka

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...