Kamis, 10 Februari 2011

In the name of love (One Shoot)


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

12 Tahun yang lalu…

Seorang anak laki-laki kecil kira-kira berumur 5 tahun… melihat seorang gadis kecil sedang duduk ditaman sendirian sambil memeluk sebuah boneka disebuah taman…

Kelihatannya gadis itu sangat kesepian tak ada satu orang anak yang menghampirinya… padahal banyak sekali anak-anak yang seumuran dengan dia bermain disekitarnya…

Gadis itu mempunyai mata yang bersinar sehingga anak laki-laki itu jadi ingin berteman dengannya… diapun menghampiri Gadis kecil itu…

“Hei … kamu kok sendirian…”Kata anak laki-laki kecil itu…

Tak ada jawaban dari gadis kecil itu…

“Kamu bisu yah? Kok gak jawab…?”

Gadis kecil itu masih terus diam… Anak laki-laki kecil itu masih penasaran dengan gadis kecil didepannya… Dia menatap gadis kecil itu…

“Kamu kesepian yah? Aku mau kok jadi teman kamu…” Kata anak laki-laki kecil itu sambil duduk disamping Gadis kecil itu…

“Terima kasih…” Jawab gadis kecil itu singkat…

=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=

Di salah satu café di Ibukota tampak seorang wanita anggun sedang menikmati secangkir kopi susu … sepertinya dia sedang menunggu seseorang…

Tak lama kemudian turun seorang Pria dewasa menggunakan BMW silver lalu menemui wanita tersebut… Setelah cipika-cipiki merekapun berbincang-bincang…

“Jadi… bagaimana dengan rencana kita…”

“Yah… kita akan menjodohkan anak kita,…”

“Isteri kamu sudah mengetahuinya?”

“Belum… ku mohon rahasiakan ini sampai aku benar-benar siap mengatakan kepada isteriku…”

“Anak gadismu sekarang berumur berapa tahun?”

“5 tahun… anak laki-lakimu…?”

“sama… kurasa mereka berjodoh… kita tunggu 12 tahun nanti baru kita mengatakannya…”

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

12 Tahun kemudian…

“Cakkaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak Oik dengan penuh amarah… Yang diteriakan namanya Cuma bisa menggosok-gosok kupingnya dengan wajah tak bersalah…

“Oik… bisa pelan napa aku gak budek tahu…” Kata Cakka masih menggosok-gosok kupingnya…

“Kamu apain rok akuuuuu? Hah? Sampe permen karet nempel begini…” Kata Oik memperlihatkan permen karet yang menempel diroknya…

“Yakin kamu aku yang buat?” Tanya Cakka santai…

“Yah yakinlah… siapa lagi coba yang biasa ngerjain aku selain kamu…?”Oik mendengus kesel…

“Tapi suka kan dikerjain gitu… tandanya aku perhatian sama kamu…” Kata Cakka menggoda Oik sambil mencolek dagunya…

Tiba-tiba wajah Oik jadi merah…

“Itu wajahnya merah….Berarti suka kan…?”

“Gaaaaaaaakkkk!!!!!!..... Awas kamu yah Cakka….” Kata Oik sambil mengejar Cakka keliling lapangan…

Cakka dan Oik sudah kelas 12 SMA tapi masih suka kejar-kejaran sama kayak anak SD… Cakka memang sering mengerjai Oik... Pokoknya setelah masuk SMA Oik bertemu dengan Cakka bahkan sekelas terus dengan Cakka dari situlah mulai kesengsaraan Oik dikerjain habis-habisan… Ditambah lagi Cakka adalah tetangganya makin lengkaplah penderitaan Oik… Tapi kalau gak ada Cakka … Oik juga merasa kesepian… begitupun sebaliknya… jadi mereka kayak bersimbiosis parasitisme tapi juga mutualisme… sama-sama merugikan tapi juga sama-sama menguntungkan…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Sebuah mobil Honda jazz merah berhenti di sebuah rumah yang cukup mewah… turun seorang anak laki-laki yang seumuran dengan Cakka dan Oik…

Dia mengetuk pintu seorang wanita paruh baya keluar…

“Bibi… Sivia udah siap?”

“Sudah kok den Alvin...”

Tak beberapa lama kemudian keluar seorang gadis yang memiliki mata yang bersinar… tunggu itu kan anak kecil 12 tahun lalu…

kini telah berubah menjadi Gadis yang cantik dengan rambut panjang yang digerai…

Dan laki-laki itu dia anak laki-laki 12 tahun lalu…

Mereka masuk kedalam mobil lalu melaju ke sebuah rumah sakit… Heh? Rumah sakit…?

Yap, ternyata Gadis kecil itu bernama Sivia dan anak laki-laki kecil itu bernama Alvin… Sivia mempunyai penyakit Asma dari kecil maka dari itu dia sering menyendiri dan tidak mempunyai teman… diapun tidak sekolah disekolah formal melainkan home schooling… karena Sivia tidak boleh melakukan aktivitas yang membuat dirinya drop… sudah 12 tahun ini Alvin dipercayakan mamanya Sivia untuk menjaga Sivia… yah sejak kejadian ditama tempo hari…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

“Heh? Ngapain kamu kemari? Mau ngerjain aku lagi?... silahkan keluar dari kamarku… dan aku gak mau dimarahin Bunda kamu lagi dan dituduh nyulik kamu kayak waktu itu!” Sembur Oik ketika melihat siapa yang mengetuk kaca jendelanya… Yap Oik pernah dimarahin Bundanya Cakka tak Cuma sekali dua kali tetapi berulang-ulang kali kalau Cakka kabur kerumahnya… entah kenapa Bundanya Cakka sangat sensitive dengan Oik… Padahal anaknya sendiri yang mau kerumahnya udah gitu dirumahnya malah ngerepotin abis… dikerjain deh pokoknya… sebel! Eits tunggu dulu dari raut wajahnya Cakka kelihatannya dia punya masalah… makanya Oik membuka jendelanya … Cakka langsung loncat kedalam kamar Oik…

Wajahnya kelihatannya kusut dan kacau… Dia langsung rebahan dikasur Oik tanpa minta izin… memejamkan matanya sekejap… lalu membuka kembali…

“Oik… aku numpang istirahat disini…” Katanya…

“Loh emang kamar kamu kenapa?” Tanya Oik

Cakka memindahkan posisi badannya dari tidur menjadi duduk ditempat tidur Oik…

Oik mendekati Cakka dan menatap Cakka… kelihatannya ada yang aneh dari sorot matanya… kekecewaan? Mungkin…

“Nanti kuceritakan…” Kata Cakka sambil tidur dipangkuan Oik…

“Eh apa-apaan ini…” Protes Oik…

Tapi Cakka telah tertidur… Cepat sekali…

Oik menatap Cakka yang tertidur pulas… mengelus halus kepalanya… mengingat kembali masa-masa kesengsaraannya dengan sosok yang kini tertidur dipangkuannya…

Dia merasakan sesuatu yang beda ketika dia berada disamping orang itu… Perasaan yang dari dulu semenjak bertemu dengan Cakka dan sampai sekarang dia masih merasakan getarannya… entah apa namanya… Apa mungkin ini cinta?

Oik segera menepis jauh-jauh… Dia menggeser posisi Cakka mengganti pangkuannya dengan bantal… setelah itu duduk disofa tak jauh dari situ dan beberapa saat kemudian ikut tertidur…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Alvin dan Sivia baru pulang dari rumah sakit segera pergi ketaman tempat mereka pertama kali bertemu 12 tahun lalu…

Terlihat banyak anak kecil mondar-mandir kesana kemari mereka seakan bernostalgia pada masa 12 tahun lalu…

Mereka juga duduk dibangku taman tempat mereka pertama kali bertemu…

“Gak kerasa yah Vin kejadian itu udah 12 tahun yang lalu…”Kata Sivia

Alvin tersenyum…

“Yah… aku rasa baru kemarin bertemu dengan Sivia yang kecil imut… kini telah berubah menjadi sivia yang dewasa…dan cantik…”

Kata-kata Alvin berhasil membuat Sivia blush

“Makasih yah udah mau menjaga aku selama 12 tahun… makasih udah mau nemenin orang yang gak berguna dan penyakitan seperti aku…”Kata Sivia

Alvin meletakan jari telunjuknya dibibir sivia…

“Ssssttt… jangan diteruskan… itu memang kewajibanku… karena kamu orang yang kusayangi dari dulu…”Kata Alvin

Merekapun terdiam dalam sunyi… (?)

“Vin… kalau nanti aku pergi… kamu janji yah bakal tetap sayang sama aku… bakal tetap ngingat aku…”

“kok kamu ngomongnya begitu sih?”Tanya Alvin…

Sivia tersenyum … senyum yang tidak tulus dari hati…

“Karena pasti suatu saat aku pasti akan meninggalkanmu…”Kata Sivia

Alvin memeluk Sivia… mencoba menguatkan Sivia kalau itu semua tidak akan pernah terjadi….

>>>>>>>>>>>>>>

Cakka bangun dari tidurnya… membuka matanya perlahan masih samar-samar kemudian duduk disamping Oik yang masih tertidur…

Tak beberapa lama kemudian Oik ikut juga membuka matanya…

“Eh Cakka udah bangun?...”Tanya Oik

“Kamu ketiduran disini yah… maaf…”Kata Cakka penuh rasa bersalah…

“Ah… gak apa-apa kok…” Kata Oik sambil memperbaiki posisi duduknya…

Oik masih melihat kekusutan diwajah Cakka… benar-benar kusut…

“Kamu kenapa sih Cakka? Katanya kan kamu mau cerita sama aku…”Kata Oik

Cakka tertunduk lemas…

“Sebelumnya aku mau minta maaf karena selama ini sudah ngerjain kamu… aku minta maaf karena suka ngusilin kamu… itu semua karena aku sayang sama kamu Ik… aku mau supaya aku selalu ada didekatmu…”

Oik kaget dengan pengakuan Cakka…

“Trus?”

Cakka menarik nafasnya kemudian menceritakan kronologisnya dari awal…

“Apa? Jadi kamu dijodohkan sama Bunda kamu dengan anak temannya”

Oik kaget setengah mati setelah mendengar cerita dari Cakka…

Cakka hanya mengangguk…

“Tapi aku gak mau… makanya aku kemari… karena orang lain telah menempati hatiku…”Kata Cakka

Entah kenapa Oik jadi berkaca-kaca setelah mendengar berita itu… Oik jadi sadar kalau Cakka orang yang buat hari-harinya penuh dengan ‘penderitaan’ karena tak henti-hentinya dikerjain… adalah pengisi hatinya sampai saat ini… sehingga dia tak rela ketika mendengar cerita dari Cakka… Dengan suara bergetar Oik bertanya…

“Siapa yang menempati hatimu itu…?” Tanya Oik

“Kamu…” Jawab Cakka singkat lalu segera memeluk Oik…

Tangis keduanya pecah dalam pelukan…

“Aku tahu kalau kamu juga merasakan hal yang sama denganku… Jawab yang jujur…” Cakka melanjutkan…

Oik masih terdiam dalam pelukannya bersama Cakka… Tak mampu berkutik entah kenapa…

“Jawab Oik…”


Oikpun menjawab dengan sebuah anggukan…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Alvin mengantarkan Sivia pulang kerumahnya… Sivia masuk kedalam rumah dan tak sengaja mendengarkan percakapan kedua orang tuanya…

“Papa kenapa gak bilang sama mama soal perjodohan itu?”Tanya Mama Sivia meminta penjelasan dari Papa Sivia…

“Tapi kan sekarang papa sudah bilang ma…”

“Kasihan Sivia Pa… dia kan dekat sama Alvin gimana kalau dia tahu…?”

“memang dia harus tahu… Dia harus mengikuti perintah Papa…”

“Jadi papa masih sayang sama dia? Sama wanita itu?”

Papa Sivia terdiam…

Jawab Pa…”

“Dulu iya… tapi sekarang tidak setelah ada Sivia, Papa tak pernah minta apa-apa sama Mama dan Sivia… Cuma papa mohon kabulkanlah permintaan Papa yang satu ini…”

Tiba-tiba suara nafas satu-satu… Asma sivia kambuh kemudian dia jatuh pingsan… Mama dan Papanya sadar akan keberadaan Sivia… segera menggotong Sivia dan membawanya kerumah sakit…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>

6 Bulan kemudian…

Oik dan Cakka telah lulus dari SMA…

Oik memegang sebuah undangan berwarna merah dihias cantik dengan pita yang juga berwarna merah…

Oik seakan tak kuat untuk membuka undangan tersebut… Undangan pesta pertunangan…

Cakka Kawekas Nuraga

&

Sivia Azizah

Oik menutup kembali undangan tersebut… Airmata nya sudah berlinang…

Ditempat lain Alvin juga baru saja mendapat undangan yang sama dengan Oik…


Setelah melihat undangan tersebut dia segera mengambil mobilnya lalu melaju kesebuah bukit dan melepaskan semua kekesalannya disana…

“AAAAAAAAAAA… DUNIAAA INI GAK ADIIIILLLLL… AKU BERJUANG ATAS NAMA CINTAAA… DAN CINTA ITU MENGHANCURKANKUUUUUU” Alvin berteriak sekencang mungkin diatas bukit itu… tak peduli dengan apa yang ada disekitarnya…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Oik menatap sendu sepasang laki-laki dan perempuan diatas panggung yang sedang bertukar cincin…

Sang Laki-laki tampak gagah dan tampan mengenakan setelan jas… dan sang perempuan tampak anggun memakai dress pink…

Ingin rasanya Oik menggantikan sang Perempuan itu… Karena sang Lelaki adalah orang yang Ia cintai bahkan dia tahu bahwa sang lelaki mempunyai perasaan yang sama dengannya…

Tak jauh dari situ tak berbeda jauh dengan Oik… Alvin menatap sendu kedua sepasang manusia yang ada didepan… sambil meminum segelas minuman…

Sebenarnya dia tak ingin berada disini… karena hatinya akan sakit seperti teriris-iris,, tapi dia ingin melihat bagaimana calon pendamping untuk Sivia… menurutnya Cakka memang tepat untuk mendampingi Sivia…

“Kamu Alvin kan anaknya Pak Sindhunata?… kesini sama Siapa?”Tanya seorang Pria…

“Iya … Sama Papa.. om…” Jawab Alvin

“Papamu mana?” Tanya Pria itu…

Tak lama kemudian seorang Pria datang… dan langsung bersalaman ala Pria dewasa…

“Lama kita tak jumpa yah…”Kata Papa Alvin

“Iya… terakhir waktu kita reunian… waktu itu anak kita masih kecil…”

“Oh iya Putrimu mana?”Tanya Ayah Alvin…

Ada itu dia… Oik…”

Oik yang melamun sedari tadi sadar akan lamunannya lalu mendekati ayahnya…

“Iya .. Ayah..” Kata Oik

“Manis sekali anakmu ini…”Kata Papanya Alvin

“Anakmu juga tampan…” Kata Ayahnya Oik…

“Kenalan dulu…” Suruh Papa Alvin

Alvin…”

“Oik…”

“Wah Pak Azizah dan Bu Soebadri salut yah sama mereka… perjuangan cinta mereka… walau mereka gak bisa bersatu… akhirnya anak-anaknya bisa bersatu yah…”Kata Papa Alvin

Saat itupun Alvin dan Oik tahu latar belakang Cakka dan Sivia dijodohkan…

“Iya… atas nama cinta… haha… jadi ingat dulu masa kita SMA… Cakka terlihat Tampan sekali dan pas bersama Sivia…” Kata Ayah Oik

Membuat Oik yang sedang minum tersendak…

“Kamu gak apa-apa Oik?”Tanya Ayah Oik

“Gak kok… gak apa-apa yah..”

“Aku ingin anak kita juga seperti mereka…”Kata Papa Alvin

Oik dan Alvin sama-sama tersendak mendengar hal tersebut….

Acara telah selesai saatnya salam-salaman… Alvin dan Oik ikut bersama orang tuanya… sebenarnya mereka berdua tak mau ikut Cuma dipaksa oleh Ayah dan Papa mereka…

Tiba giliran Oik bersalaman dengan Cakka…

Cakka menatap Oik dalam sekali… menginginkan Oik yang berada disampingnya…

“Selamat ya Cakka…” Kata Oik mengulurkan tangannya… Cakka membalas uluran tangan Oik dengan senyum kepahitan…

“Makasih…” Diapun mendekatkan kepalanya ketelinga Oik…

“Sampai kapanpun aku tetap mencintaimu…” Bisik Cakka ketelinga Oik…

Oik tak tahu sekarang apa yang dia harus perbuat… sedih dan senang campur baur kedalam dirinya… mungkin ini yang dinamakan pengorbanan atas nama Cinta… Cakka juga berkorban atas perasaannya atas nama cintanya kepada orang tuanya… walau sakit…

Oik tersenyum pahit… Matanya mulai berkaca-kaca…

“Selamat yah Via…” Kata Oik sambil cipika-cipiki dengan Sivia

“Gak Oik… yang pantas berada diposisi ini kamu bukan aku…”Kata Sivia

Oik menggeleng…

“Kamu yang paling pantas…”

Yah sebelum ini Cakka dan Sivia telah bercerita tentang Alvin dan Oik … sehingga mereka tahu akan posisinya masing-masing yang serba salah… Memilih orang yang mereka cintai mereka atau berkorban demi orang tua yang mereka cintai juga… Sebenarnya Sivia belum tahu Oik yang mana tapi ketika dia melihat mata Cakka menatap Gadis yang sedang bersalaman dengannya… Dia bisa menebak kalau itu adalah Oik yang diceritakan Cakka…

setelah bersalaman dengan Sivia … Oik langsung pergi dari situ…

Hal yang sama dilakukan Alvin menyalami Cakka dan Sivia…

“Bro… Jaga Sivia baik-baik dia sangat berharga…” Kata Alvin berbisik pada Cakka…

Cakka terdiam… Entah dia bisa menyanggupi permintaan Alvin atau tidak…

Alvin melanjutkan bersalaman dengan Sivia tanpa menatap matanya… karena dia pasti akan hancur bila menatap mata Sivia yang bersinar itu…

Setelah itu pergi dari situ…

>>>>>>>>>>>>>>

Cakka sedang duduk ditepi kolam berenang… menjiprat-jipratkan air… sambil mengingat kejahilannya dulu saat menjahili Oik…

Sesekali tertawa kecil tetapi dia ingat kembali kalau dia sekarang tak bersama Oik… bahkan semenjak pesta pertunangannya dengan Sivia… Oik tak pernah menemuinya lagi… Karena Oik telah pindah rumah tanpa meninggalkan Alamat pada Cakka…

Tak lama kemudian Bunda Cakka memanggil…

“Cakka… siap-siap kita akan berangkat kerumah Sivia…”Kata Bunda Cakka lalu pergi…

Cakka melangkahkan Kakinya dengan gontai menuju kamarnya… Lalu bersiap-siap untuk pergi kerumah Sivia…

Setelah selesai dia dan kedua orang tuanya itu berangkat menuju rumah Sivia…

Kedatangan mereka disambut Baik oleh kedua orang tua Sivia…

Mereka duduk diruang keluarga dirumah Sivia sambil membicarakan sesuatu…

“Jadi bagaimana kalau kita majukan acara pernikahan anak kita… jangan 2 tahun lagi terlalu lama … Gimana kalau 5 bulan depan… lagi pula Cakka juga sudah lulus SMA… tak apalah menikah muda… lagi pula mau menunggu apa lagi…”Kata Papa Sivia

“Apa???? Dimajuin…”Cakka dan Sivia kaget mendengar pembicaraan itu…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Beberapa bulan kemudian…

Disebuah hotel berbintang… tampak sebuah pelaminan… satu buah kue pengantin dan banyak tamu yang hadir disitu… Hampir seluruh ruangan penuh… Pengantinnya belum datang…

Disalah satu sudut ruangan tampak seorang gadis dewasa dengan rambut panjang yang digerai memakai dress berwarna coklat bersama seorang lelaki dengan setelan jas tampak gagah…

Tapi tahukah kalian? Bahwa mereka adalah orang yang paling rapuh dan hancur ketika mendengar akan hal ini…

Sebuah mobil sedan memasuki area hotel tersebut turun sepasang mempelai pengantin … Sang wanita memakai gaun putih dan pria dengan setelannya menggandeng wanita tersebut masuk kedalam Hotel…

Tak ada wajah keceriaan antara sepasang mempelai pengantin itu… dengan ekspresi datar mereka naik kepelaminan lalu duduk bersama orang tua mereka…

Disudut tadi Lelaki itu mengusap belakang sang Gadis mencoba menguatkan melihat apa yang ada dihadapannya… padahal sebenarnya sang lelaki juga tak kuat… hanya berusaha menguatkan…

Acarapun dimulai…

“Disaat yang berbahagia ini kita sama-sama menghadiri resepsi pernikahan dari dua pasang insan yang dipersatukan… Alvin Jonathan Sindhunata dan Oik Cahya Ramadlani…”

Ya… Ternyata yang menikah Alvin dan Oik… Alvin dan Oik juga dijodohkan sama seperti halnya Cakka dan Sivia oleh kedua Ayahnya… bahkan tanpa tunangan mereka langsung dinikahkan … Kejam memang… Soalnya Alvin akan berangkat untuk Kuliah diluar negeri… Papanya mengijinkan dengan syarat dia harus menikahi Oik dulu…

Oik melihat Cakka dan Sivia dari atas pelaminan ingin rasanya dia menangis… memang cengeng tapi itulah yang dirasakannya sekarang…

Dia melihat Cakka membelai halus rambut Sivia sesekali berbisik pada Sivia…

Oik merasa kalau Cakka telah bahagia bersama Sivia jadi dia juga harus bahagia bersama Alvin

“Selamat yah Oik Vin… gak nyangka kalian yang lebih dulu dari kita…”Ucap Cakka bersalaman dengan Alvin dan Oik dengan senyum dan tetap mengandeng Sivia yang berada disampingnya…

Sivia juga memberikan selamat dengan senyuman…

“Trus kalian kapan?”Tanya Oik

“Bulan depan mungkin”

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

4 Tahun kemudian

“Mama… mama… kok foto papa gak ada didompet mama… yang ada hanya om ini … Om ini Siapa sih ma…?”Tanya anak perempuan kecil yang berusia 4 tahun yang baru selesai membongkar-bongkar dompet mamanya…

Mamanya tersenyum getir….

“Namanya Om Alvin sayang… dia teman mama…” Kata Mamanya yang adalah Sivia…

“Kok kalau teman mama kenapa fotonya disimpan didompet trus foto papa gak ada?”

Sivia memeluk anak perempuan semata wayangnya itu…

“Karena papanya Lia gak mau kasih fotonya sama mama…” Alibi Sivia

“Trus Lia sering melihat mama dan papanya teman-teman Lia biasa mesra gitu… kok mama dan papa gak pernah” Tanya anak perempuan kecil itu lagi…

Sivia tersenyum mendengar pertanyaan itu…

“Alvia… mama dan papa sibuk sama pekerjaan masing-masing… mama mengurus kamu sedangkan papa sibuk sama urusan kantor… udah.. Lia gak boleh nanya macem-macem lagi… sekarang ayo berangkat sekolah…” Kata Sivia memeluk Alvia anaknya menuju mobilnya…

Nama anak Cakka dan Sivia diberi Nama Alvia ‘Alvin Sivia’ Sivia yang memintanya… Cakka menyetujuinya Karena dia tahu seberapa besar rasa sayang Sivia kepada Alvin sama dengan rasa sayangnya kepada Oik yang tak akan pernah Sirna…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Alvia duduk dipojok kelasnya… Oik melihatnya segera mendekatinya… Yap.. Oik adalah guru di TK Alvia sementara waktu ini dia mengajar disana sambil menunggu Alvin kembali dari kuliahnya diluar negeri… untuk menghibur dirinya dia mencoba menjadi guru TK karena dia suka dengan dunia anak-anak…

Tanpa disangka Cakka memasukan anaknya ke TK tempat Oik mengajar…

“Lia kenapa? Kok murung sih…” Tanya Oik membelai halus rambut anak kecil yang mirip dengan Sivia itu…

“Aneh sama mama dan papa…”

“Aneh kenapa Lia?”

“Aneh bunda… mama dan papa gak kayak orang tua yang lain… masa didompet mama adanya foto orang lain bukan foto Papa”Kata Alvia

Alvia memanggil Oik dengan sebutan bunda … Cakka yang menyuruhnya…

Oik tahu apa alasan dari semua itu… Kalau Alvia membongkar dompetnya pastilah foto Cakka yang ditemukan…

“Oh itu biasa Lia… Lia gak usah murung… mungkin papanya Lia gak pernah ngasih foto sama Mamanya Lia…” Alibi Oik tepat seperti apa yang dikatakan Sivia…

“Bukan Cuma itu…!!”

“Apalagi Lia?”

“AKU SEBEL SAMA DIA…” Kata Alvia menunjuk seorang anak laki-laki kecil yang didepannya sementara memeletin lidahnya…

“Oh Raka?.. emang Raka kenapa Lia?”

“Dia selalu ngejahilin aku bunda… kemarin dia taruh permen karet dikursiku… jadinya kan Rok aku kena permen karet…”

Oik tertawa mendengar cerita Alvia… Dia teringat akan kejadian 5 tahun lalu saat dia dan Cakka duduk dibangku SMA…

“Ih, kok bunda malah ketawa…”

“Gak bunda lucu… jadi ingat bunda dulu… teman bunda juga pernah melakukan hal yang sama… tapi akhirnya bunda sayang dia sampe sekarang”

‘dan orang itu adalah Ayahmu…’ Lanjut Oik didalam hatinya

“Oh ya Bunda?”

“Iya… makanya hati-hati loh dengan perkataanmu…”

“Kalau sama dia, Gak mungkin …!!!!”

Oik hanya tersenyum…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Cakka tiba dirumahnya dengan lelah… Dia sedang Istirahat siang … dia pulang kerumah rencananya Dia juga akan menjemput Alvia…

“Papaaaaaa…” Alvia menyambut dengan pelukan hangatnya…

“Eh Lia… udah pulang sekolah… siapa yang anter… Papa belum jemput loh… Mama yah?”

“Bukan tadi Lia sama Bunda Oik… Mama baru datang tuh…”

“Trus Bunda Oik kemana?”Tanya Cakka dengan semangat…

“Udah pulang ganti baju… katanya bentar balik lagi…”

Tak lama kemudian Sivia keluar dari dapur…

“Via… kamu tahu hari ini dia datang?”Tanya Cakka

Sivia mengangguk … “Tadi Oik kemari… rencananya Aku sama Oik akan menjemputnya…”

“Aku ikut…” Kata Cakka

Sementara Alvia yang mendengar pembicaraan mama dan papanya malah kebingungan…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Cakka, Sivia, Oik dan Alvia telah tiba dibandara waktu menunjukan pukul 14.00 WIB … Alvin dijadwalkan tiba 5 menit lagi…

Cakka menggendong Alvia sedangkan Oik dan Sivia berjalan didepannya…

“Papa… kita mau jemput siapa sih?”

“Om Alvin…”

“Oh… Om yang ada didompet mama yah?”

Cakka mengangguk… Tak lama kemudian datang seorang Pria membawa beberapa koper… Ya Dia Alvin…

Alvin segera mendekat kearah Sivia, Oik, Cakka dan Alvia… Alvin benar-benar kangen dengan Sivia… Ingin sekali dia memeluk Sivia… tapi dia sadar kalau Sivia telah menjadi milik orang lain dan Dia telah menjadi milik orang lain juga… Dengen ekspresi datar Alvin mendekati mereka semua…

“Hai Alvin… gimana kabarmu?” Sapa Sivia

“Baik…kamu?”

“Baik…”

Alvin melihat sesosok manusia mungil dalam gendongan Cakka…

“Helo… kamu siapa?” Alvin menyapa Alvia

“Alvia Om… panggil aja Lia… Om siapa sih? kok ada didompet mama fotonya…”Tanya Alvia to the point

Om? Om temannya mama sama papa kamu lah…”Kata Alvin…

“Cakka boleh aku gendong dia…?”Tanya Alvin kepada Cakka…

Cakkapun memberikan Alvia kepada AlvinAlvin melihat Alvia membayangkan sosok Sivia yang lugu… ditaman ketika Ia pertama kali bertemu dengan Sivia begitu mirip… dan itu membuatnya Ingin memutar kembali memori 17 tahun lalu…

Tanpa mereka sadari Cakka merangkul Oik dan Oik bersandar dibahu Cakka sedangkan Alvin merangkul Sivia sambil menggendong Alvia…

Alvia yang melihatnya jadi aneh sendiri…

“Bunda ngapain mesra-mesraan sama Papa… Om juga ngapain mesra-mesraan sama mama”

Merekapun akhirnya melepaskannya…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Sivia memegang dadanya… Rasa sakit tak tertahankan… Nafasnya sudah satu-satu… Asma kembali menyerangnya…

Semakin susah Ia bernafas… Kakinya seakan tak sanggup menahan berat badannya… dan Ia jatuh…

Samar-samar dia melihat Cakka datang menghampirinya dan Hitam…

Sivia membuka matanya… dilihatnya disampingnya tabung Oksigen dan dimulutnya dipasang alat pernapasan bantuan…

Cakka sedang menunggu disampingnya tertidur…

“Cakka…”

Cakka kaget dengan suara Sivia dia langsung mengangkat kepalanya…

“kamu sudah siuman…”

Sivia mengangguk pelan…

“Cakka… makasih yah sudah mau jadi pendamping buat aku selama 4 tahun ini… makasih juga buat kado terindah kamu Alvia…”

“Kamu jangan ngomong seperti itu…”

“Aku mohon satu Cakka..”

“Apa?”

“Kamu bisa tolong telepon Alvin untuk kemari?”

“Pasti…”

Cakka segera mengambil HPnya lalu menelepon Alvin

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Alvin kembali duduk ditaman tempat dia dan Sivia pertama kali bertemu saat mereka masih bocah…

Merenungi segala sesuatu yang terjadi didalam kehidupannya selama beberapa tahun belakangan ini… Semua seakan berubah drastis dari kehidupannya yang dulu…

Tiba-tiba HPnya berbunyi…

Di screen ada nama ‘Cakka’

Alvin tak mau mengangkatnya… Setelah panggilan berakhir Alvin segera mematikan HPnya…

Ini saatnya dia harus melupakan Sivia… Sivia telah bahagia bersama Cakka apalagi mereka telah punya Alvia… Dia harus melupakan Sivia dan saatnya membuka lembar baru bersama Oik…

Tapi sulit sekali baginya… Sivia sudah melekat dihatinya…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Alvin menatap lirih sebuah batu nisan… Diatas batu Nisan itu terukhir nama ‘Sivia Azizah’

Ya Sivia telah pergi untuk selama-lamanya… Waktu ditaman Cakka menelepon Alvin tetapi Alvin tidak mengangkatnya ternyata saat itulah Sivia pergi…

Cakka sempat marah terhadapa Alvin bahkan Alvin hampir dipukulinya… Tetapi Amarah Cakka berhasil diredam oleh Oik…

Alvin juga sangat menyesal karena dia tidak mengangkat telepon Cakka waktu itu dia mengutuki dirinya sendiri…

Kini Sivia telah pergi untuk selamanya… Apa yang diharapkannya lagi?

Alvia juga tampak tersedu-sedu melihat kepergian sang Mama… Cakka dan Oik berusaha menenangkan Alvia…

“Oik… boleh bawa Alvia ke mobil.. aku dan Alvin ingin berbicara berdua…” Kata Cakka…

Oikpun membawa Alvia keluar dari kompleks pemakaman itu menuju ke mobil…

Alvin masih terpatung… Ia tak percaya orang yang Ia cintai kini telah tiada…

Cakka menepuk bahu Alvin

“Sivia tetap mencintaimu sampai kapanpun…”

“Tapi dia bahagia bersamamu”

“Dia akan lebih bahagia kalau bersamamu hanya takdir yang belum mengijinkan… Oh ya sebelum pergi Sivia menitip surat ini… Kuharap kamu membacanya… aku tinggal dulu…” Kata Cakka memberikan suratnya lalu meninggalkan Alvin ditempat itu…

Alvin segera membuka surat itu…

Dear my beloved Alvin,

Vin, Setelah kamu membaca surat ini mungkin aku telah pergi jauh… Jauh meninggalkan semua kenangan kita… jauh meninggalkan semua angan-angan kita yang tak pernah tercapai…

Lewat surat ini aku mau pamitan sama kamu… makasih sudah mau jadi pengisi dihatiku… makasih juga telah menemaniku selama 17 tahun… makasih sudah mau merawat aku yang sakit-sakitan… tak bisa kuungkapkan lewat kata-kata rasa sayangku terhadapmu…

Mungkin didunia kita tak berjodoh… tapi siapa tahu dinirwana aku dan kamu bisa bersatu… Thanks yah I Love You more than everything

In the Name Of Love,

Sivia…

Airmata Alvin yang dari tadi tertahan kini tumpah bagaikan mata air yang mengalir deras…

Boong deh :P (makin panjang ni cerita gak pernah kelar-kelar) -____-

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Cakka yang baru pulang dari tempat kerjanya menemukan sebuah surat yang tergeletak didepan pintu rumahnya… (Dari tadi surat melulu…-_- :P)

Ia segera membuka surat tersebut…

Dear My Friend Cakka…

Bro… aku nulis surat ini to the point yah… Cuma mau pamitan… aku mau balik ke luar negeri saja… soalnya disini bukan tempat yang tepat untukku… Tapi kok aku merasa bahwa aku bakalan pergi selamanya yah,,, Makanya aku nulis surat ini …titip Oik… aku yakin kamu sayang Oik… aku yakin kamu cinta Oik… aku yakin Oikpun begitu…

Saatnya memperjuangkan cinta kalian sebelum terlambat… atas nama Cinta pasti kalian bisa … Udah yah bro… aku pegel nulisnya hehehe…

Good Bye,

Alvin

Membaca surat itu Cakka segera meletakan tas kerjanya lalu menuju kerumah Oik…

Cakka masuk kedalam melihat Oik berdiri terpatung didepan TV…

Di TV ternyata ada berita kalau pesawat yang ditumpangi Alvin mengalami kecelakaan dan dipastikan semua penumpangnya Tewas dan Alvin adalah salah satu dari penumpang tersebut…

Ya Alvin menyusul Sivia pergi untuk selama-lamanya…

Cakka dan Oik hanya bisa berpelukan sambil menangis melihat berita tersebut… Sedih karena kedua Pasangan mereka telah pergi membawa Cinta yang tak bisa bersatu… tapi ada kebahagiaan juga… itu tandanya mereka bisa kembali memperjuangkan cinta mereka…

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

2 Tahun kemudian…

“Papa… kita kesini untuk apa?”Tanya Alvia pada Cakka ketika memasuki sebuah rumah sakit…

“Alvia bakal punya adek baru…”Kata Cakka

Alvia kini telah duduk dibangku kelas 1 sd…

“Beneran pa?”

Cakka mengangguk…

“Asiiiikkkkkk…”

>>>>>>>>>>>>>>>>>

“Selamat Pak… anak anda sepasang…”Kata bu bidan

“Maksud anda kembar?”

Bidan itu mengangguk…

“Boleh saya melihat isteri saya…”

“Yah Silahkan…”

“Pa… Lia ikut…” Rengek Alvia

“Kamu tunggu disini aja… nanti abis ini baru boleh masuk…”

Cakka menitipkan Alvia kepada suster disitu lalu masuk kedalam… Ia melihat dua sosok bayi mungil didalam incubator

Cakka mendekati Oik yang kelihatannya lemah… dengan senyum mengembang dipipi keduanya… Cakka membelai halus rambut Oik… lalu mengecup keningnya…

Cakka meminta Izin kepada suster disitu untuk menggendong kedua anaknya itu…

Cakka dan Oik tersenyum dan menyebutkan nama anak mereka…

Alvin dan Sivia…”

Keduanya tertawa bahagia… Alvia ikut masuk kedalam Oik membelai rambut Alvia… lengkaplah sudah “Alvin, Sivia dan Alvia…”

Nama Alvin dan Sivia akan selalu terkenang oleh Cakka dan Oik karena mereka adalah orang-orang yang pernah mengisi kehidupan masing-masing dan dari mereka juga Cakka dan Oik memperjuangkan cinta mereka sehingga mereka bisa bahagia seperti sekarang ini…In the name of LOVE

Dari atas dua buah bintang yang saling berdekatan mengedipkan Cahaya yang gemerlapan…

~The End~

----------------ooooo000ooooo----------------

6 komentar:

Anonim mengatakan...

awwhh..perannya alvin keren banget di situ eaa..

Anonim mengatakan...

Haha mantaps <3

Fhily Anastasya mengatakan...

Keren 6
Lumayan -
Gaje -
Aneh -

thanks readers, visitors, haters, lovers :)

Fina Fanadicky mengatakan...

amat sangat menyentuh :'(

Unknown mengatakan...

Menyentuh,keren Banggett :D

Anonim mengatakan...

ceritanya bagusssss.... smg ada part ke 2... aminnn.....

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...