Senin, 11 Juni 2012

Brooklyn Bridge (Cerpen)

Before that, I just wanna say:

Brooklyn Brigde

Kau hanya sebatas kenangan...



Main Cast:
1.      Joshua (Pillow Talk)
2.      Tiffany (Good Fight)
Others Cast:
3.      Emi (Pillow Talk)
4.      Naya (Good Fight)

Matanya menyipit menatap sekeliling tempatnya berdiri. Brooklyn Bridge. Dia masih tak percaya sedang berdiri lagi di jembatan tersebut, setelah lima tahun berlalu. Lima tahun kenangan itu terasa baru saja kemarin. Dikatupkan matanya rapat, untuk merasakan semilir angin yang sedang berhembus. Lalu lalang mobil di belakangnya, yang sedang menyusuri Brooklyn Bridge menjadi musik di telinganya. Ditatapnya sesuatu yang ada ditangannya. Senyum tersungging di bibirnya. Cadburry dan gadis itu, di atas Brooklyn Bridge. Selalu melekat di dalam benaknya.

***

TIT...tit...tit... Suara klakson mobil bergantian memekik di sana-sini. Brooklyn Bridge macet? Ini aneh. Seorang lelaki dengan tuxedo resah, menatap arloji yang terlingkar di pergelangannya. Hampir terlambat. Temannya bisa marah kepadanya karena keterlambatannya itu. Pesta yang akan dihadirinya ini, adalah salah satu pesta yang cukup penting buat temannya itu. Dia tak boleh terlambat. Apa yang terjadi di depan sana sih? Sampai menyebabkan kemacetan seperti ini?
Dia pun membuka pintu M3-nya lalu membantingnya dengan kasar. Menyusuri mobil-mobil yang sudah berhenti berjajar di depan mobilnya. Rupanya di poros kemacetan terhalang oleh beberapa orang dan sebuah mobil pemadam kebakaran.
Heyy yooouu! Watch out, are you crazy?,” teriak seorang Bapak sambil menengadah ke atas.
Girl, it's not a good way!,” teriak seorang Ibu yang ketakutan sambil mencengkram seorang Bapak di sampingnya, sepertinya itu suaminya.
Dia menatap ke arah atas pembatas Brooklyn Bridge. Seorang gadis berdiri di atas besi-besi pembatas itu sambil berkacak pinggang, bak model yang hendak berlenggak-lenggok di atas catwalk. Entah bagaimana caranya dia bisa berada di atas sana, yang pasti sekarang pemadam kebakaran sedang berusaha menurunkannya.
Crazy! Pekiknya dalam hati.
Siapa gadis yang berani seperti itu? Bahkan dia terlihat biasa dan tidak takut sama sekali berada di ketinggian sana.
Setelah usaha yang keras akhirnya gadis itu berhasil diturunkan. Gadis dengan kaki yang jenjang dengan tubetop dan hotpants yang melekat di badannya itu. Garis wajahnya menunjukan kalau dia sedang frustasi. Namun, dia berusaha menutupinya dengan senyumnya.
What are you doing? Do you wanna die?,” tanya seorang petugas yang menyelamatkannya.
No, I'm not. I just wanna be a model on the top of Brooklyn Bridge,”
Oh God! Please help the girl,”
You must try! It was cool,” kata gadis itu antusias.
Semuanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Okay girl, don't do that again, dangerGo home now!,” perintah petugas yang lainnya.
I promise never do that again, you can kill me. But, please I wanna stay in here, just for a little time, can I?,”
Semua petugas saling bertatapan, “it's okay, we hold your words,” salah seorang mewakili.
Mereka pun masuk ke dalam mobil. Salah seorang petugas berusaha mengendalikan kendaraan yang macet. Orang-orang yang berdiri di sekitarnya masuk kembali ke dalam mobil. Termasuk dia. Dia masuk kembali ke dalam M3-nya, namun tidak melanjutkan perjalanannya. Dia malah menepikan mobilnya.
Gadis itu terdiam sambil duduk di tepi Brooklyn Bridge. Matanya kali ini kosong, benar-benar kosong. Dia mendekat dan duduk di samping gadis itu.
Gadis itu menoleh, di dapatinya lelaki dengan rambut yang disisir rapi, dan dengan tuxedo rela duduk di tepi Brooklyn Bridge bersamanya.
What are you doing here?,” tanya gadis itu heran.
“Kamu punya masalah?,”
“Tidak sopan,”
“Kenapa?,”
“Bagaimana bisa seseorang yang asing menanyakan pertanyaan seperti itu?,”
Lelaki itu malah menyunggingkan senyum, “It's okay, kalau kau tidak mau menceritakannya, tapi izinkan aku menemanimu di sini,” kata lelaki itu.
Gadis itu bergeming. Mulutnya terkunci.
Semilir angin membelai keduanya. Brooklyn Bridge tidak terlalu ramai saat itu. Gadis itu menutup matanya, rasa sesak menghimpit kalbunya kembali. Tiba-tiba air mata mengucur dari pipinya. Dia menyandarkan kepalanya di dada lelaki itu. Kaget. Lelaki itu hanya bisa membelai rambut gadis itu.
Dia terisak membasahi tuxedo yang dikenakan lelaki itu, “ssssttt...be strong,” kata itu yang terlontar dari mulutnya.
Namun, gadis itu tidak henti-hentinya menangis. Lama dan terdengar menyakitkan.
Setelah gadis itu selesai menangis, dia masih merasa nyaman berada di dada lelaki itu. Kurang lebih lima menit, barulah dia menarik kepalanya.
Lelaki itu tidak akan bertanya macam-macam lagi. Gadis itu terlihat cukup terluka, dan dia tidak mau menambah masalah lagi.
Diayunkannya langkahnya menuju M3 yang terparkir tak jauh dari situ. Diambilnya sesuatu dari dalam dashboard. Lalu kembali kepada gadis itu, dan menyerahkan sebuah cadburry ke dalam tangan gadis itu.
“Kata orang, makan cokelat bisa mengurangi kesedihan, try it!,” katanya.
Gadis itu bengong menatap tangannya, mengamati yang ada di genggamannya itu. Dia membaca sebuah tulisan “Cadburry Dairy Milk” itu yang dibacanya.
Dengan perlahan gadis itu menyobek kertas pembungkus. Timah pembungkus di dalamnya juga tak lupa. Kemudian, mencicipi manisnya cadburry. Jujur saja, ini pengalaman pertamanya memakan cokelat. Karena dari dulu dia menjauhi dengan yang namanya cokelat, karena itu bisa membuatnya gemuk. Tapi entah keajaiban apa dia memakan cadburry hari ini.

***

“Kau selalu berada di Brooklyn Bridge ini yah?,” tanya lelaki itu, sambil duduk di samping seorang gadis.
“Tidak juga, jarang, hanya sesekali. Kau sendiri?,” tanya gadis itu.
“Hanya numpang lewat, tetapi aku melihatmu duduk di sini lagi, jadi aku turun,” katanya.
“Terima kasih cadburry yang waktu itu, kalau boleh jujur itu pengalaman pertama aku makan cokelat hehehe,” akunya.
“Masa?,” Lelaki itu mengerenyit.
“Iyaaaa...hm, aku model jadi menghindari makanan yang bisa membuat aku gemuk,”
“Gemuk sedikit kan tak apa, biar kelihatan seksi,”
“Ihhhh...,” Gadis itu mencubit lengan lelaki itu.
“Tapi enak kan?,”
“Yap, enak banget,”
“Aku masih punya banyaaaaaaaak stock cadburry di dalam mobil, kau mau?,”
Gadis itu mengangguk antusias. Lelaki itu langsung menarik tangan gadis itu menuju M3-nya dan membuka dashboard. Dari dalam begitu banyak cadburry. Dia melirik sebuah tulisan di atas dashboard yang ditempel seperti sebuah sticker di atas gambar doraemon. Joshua. Itu tulisannya.
“Masuk,” katanya membuka pintu M3-nya.
Gadis itu bingung, tapi sebelum kebingungannya terjawab, dia didorong masuk oleh lelaki itu. Lelaki itu berlari menuju pintu samping kemudi, lalu membukanya. Dia duduk di balik kemudi.
“Kau bisa memakannya sepuas mungkin, asalkan kau mau menemaniku, menyusuri Brooklyn Bridge ini,” kata lelaki itu, langsung menarik porsneling dan menginjak gas.
“Aaaaaaaa,” teriak gadis itu, kaget.
M3 itu melaju menyusuri Brooklyn Bridge dengan kecepatan tinggi. Menyalip mobil-mobil yang ada di depannya. Sehingga membuat gadis itu menutup matanya rapat.

***

“Hahahaha,” lelaki itu tertawa.
“Kau gila hampir membuat jantungku copot atau mungkin mati konyol,” kata gadis itu.
Mereka kembali duduk bersama di tempat, sebelum mereka menyusuri Brooklyn Bridge.
“Santai saja, itu pertama kalinya aku mengendarai mobil dengan kecepatan seperti itu, but sure! It was amazing,” kata lelaki itu.
“Apa?!,” mata gadis itu melotot tajam menatap lelaki itu.
“Yap,”
You're crazy,”
“Yap,”
“Kau punya masalah yah?,”
Balik lelaki itu yang menatap tajam ke arah gadis itu, sebelum tatapannya mulai melunak, “yah, mungkin,”
“Aku boleh tahu masalahmu apa? Siapa tahu aku bisa membantumu,”
“Hahaha, kau lucu, aku tidak mau ya, kalau nanti kau menyuruhku berdiri di atas pembatas Brooklyn Bridge,”
“Hahahahaha, iya juga yah, tapi setidaknya kalau kau menceritakannya mungkin akan lebih meringankan bebanmu,”
“Kau duluan, kau belum menceritakan alasanmu, kenapa kau bisa nekat seperti kemarin?,”
“Ah itu!,” raut wajah gadis itu berubah drastis, “orang yang aku suka punya pacar, padahal aku berharap sekali padanya, aku sudah terlalu banyak bermimpi sehingga membuatku frustasi seperti kemarin, tapi sudahlah,” gadis itu berusaha membentangkan busur di bibirnya, “I'm fine, thanks for cadburry, hehehe,” kata gadis itu tersenyum lalu melahap cadburry yang baru saja dibukanya, “sekarang giliranmu!,” lanjutnya.
“Sepertinya nasib kita sama, gadis yang aku sukai malah tidak memandangku sama sekali, hm, dia hanya menganggapku sahabatnya,”
“Memang terkadang cinta itu bersembunyi di balik topeng persahabatan,” kata gadis itu sambil melahap cadburry yang sudah penuh di mulutnya.
Mereka berbicara sampai belasan cadburry telah dilahap gadis itu. Dan semburat pink mulai nampak, dan lampu-lampu sepanjang Brooklyn Bridge satu per satu dinyalakan, pertanda malam akan segera tiba. Gadis itu membersihkan sisa-sisa cadburry di bibirnya. Kemudian berdiri dan merapikan pakaiannya.
WellI have to go nowthanks for today, and big thanks for so many cadburrysee you again... Joshua,” katanya lalu mengambil langkah kemudian berlari menjauhi lelaki itu.
Lelaki itu masih bingung, darimana dia mengetahui namanya? Ini tidak adil. Dia pun berteriak.
“Heyyy..., ini tidak adil, kau tahu namaku, sedangkan aku tidak tahu namamu,”
“Tiffany,” ucapnya membalas teriakan lelaki itu lalu berlalu bersama semilir angin.

***

“Tiff,” panggil Joshua yang berdiri di belakang Tiffany yang sedang duduk di tempat biasa.
“Hai Jo, di sini lagi,”
“Tiga kali,”
“Kebetulan atau kau memang datang menghampiriku?,” tanya Tiffany sambil mengerenyit.
“Sepertinya dua-duanya, aku memang datang menghampirimu dan kebetulan kau ada di sini, aku tidak tahu rumahmu, jadi kalau bukan karena kebetulan kau di sini, aku mungkin tak bisa bertemu denganmu,” kata Jo lalu mengangkat satu kantong plastik yang berisi cadburry. Tiffany menyambutnya gembira dan antusias, “kau sendiri untuk apa di sini?,”
“Mungkin menunggumu membawakanku cadburry lagi,” kata Tiffany sambil membuka kertas pembungkus cokelat tersebut dengan tidak sabar.
Jo melingkarkan tangannya di pundak Tiffany. Lalu menatap Tiffany yang sedang melahap cadburry.
“Kau tetap akan melanjutkan perjuanganmu kan, agar sahabatmu itu mau melihat di balik topengmu itu?,”
“Pasti, kau sendiri tetap akan menunggu orang itu sampai putus dengan pacarnya?,”
“Tidak, aku ingin move on, doakan aku ya, so I can find someone new,” kata Tiffany.
“Pasti,”
“Aku juga pasti akan mendoakanmu, agar hati sahabatmu itu terbuka hanya untukmu,”
Thanks,”
Too,”
Mereka melewati hari itu dengan makan cadburry bersama di atas Brooklyn Bridge. Sesekali bercanda saling suap-suapan sehingga cadburry itu mendarat di pipi dan di hidung bukan di mulut. Setelah cadburry itu di lahap habis oleh keduanya mereka terdiam beberapa saat sebelum menyadari keanehan diri mereka. Jo mengeluarkan sebuah tisu dari dalam sakunya lalu membersihkan sisa-sisa kejahilan mereka masing-masing. Jo mengeluarkan tisu baru dari dalam sakunya dan memberikannya kepada Tiffany. Tiffany mengambil tisu  yang diberikan Jo lalu menatapnya. Kemudian tersenyum.
“Aku punya cara yang lebih seru,” kata Tiffany.
Dia kemudian menatap Jo dengan tatapan yang penuh misteri. Dia mendekatkan kepalanya perlahan ke arah wajah Jo. Mata Jo membelalak, seakan bertanya apa yang akan dilakukan Tiffany. Bibir Tiffany menyentuh pipi Jo, sebelum membersihkan sisa cokelat di pipi Jo dengan lidahnya. Kemudian, di hidungnya lalu dia menatap bibir Jo yang penuh dengan cokelat. Jo menutup matanya sebelum dia merasakan rasa cokelat penuh di bibir, kemudian di mulutnya. Cadburry dengan sensasi rasa yang lebih manis dan lebih lembut. Yeah, the new sensation of cadburry.

***

“Sayang,” Jo membalik tatapannya menuju seseorang yang memanggilnya.
Seorang wanita dengan senyum melipat kedua tangannya di dadanya, “sampai kapan kamu di situ sayang?,”
Jo tersenyum saat wanita itu mendekat dan kini berdiri di sampingnya. Jo merangkul wanita itu lalu mengecup kening wanita itu.
“Sampai kamu datang menjemputku,”
“Sepertinya tempat ini punya kenangan untukmu,” kata wanita itu.
“Iya...,” kata Jo membawa wanita itu ke dalam pelukannya cukup lama sebelum dia melepasnya, “tapi...biarlah itu tetap menjadi kenangan,” Jo kemudian berjalan sambil merangkul dan mengantar wanita itu ke SUV yang terparkir tak jauh dari situ, “kau mau?,” tanya Jo sambil menyodorkan cadburry kepada wanita itu.
“Cokelat apa ini?,” tanya wanita itu.
Cadburry, Emi sayang,” kata Jo, “coba saja, pasti kamu ketagihan,” lanjut Jo sambil membuka pintu SUV-nya. Emi masuk ke dalam SUV tersebut, Jo juga masuk ke balik kemudi. Kemudian memacu SUV tersebut menyusuri Brooklyn Bridge.
Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang mengawasi mereka sejak tadi.
“Lo kenal pasangan suami isteri itu Tiff?,” tanya seorang wanita yang ada di samping Tiffany.
“Mungkin,”
“Jangan bilang lo naksir sama isteri orang,” kata seseorang yang ada di samping Tiffany.
“Nggak mungkin Naya, gue ini cuma punya lo,” kata Tiffany.
Wanita di sampingnya itu memegang dagu Tiffany. Lalu mendongakkan kepala Tiffany dan menciumnya.
Selamat tinggal Jo, semoga bahagia dengan isterimu, aku pun akan bahagia bersama dengan pilihanku, kisah singkat kita akan selalu terukir di Brooklyn Bridge ini dan rasa cadburry di bibir ini, hanya sebatas kenangan...

2 komentar:

Yessi Anggraeni mengatakan...

yaah endingnya gak sama tiffany :(
itu naya sama tiffany ? lesb* ? *eeeh
nice story kakaaa !

Fhily Anastasya mengatakan...

yah :( hehehehe ._.v
thankyou Yessy udah baca :)
hahaha iyaa ._.v

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...