Believe
PROLOGUE
“―I'm gonna put you first
I'll show you what you're worth
If you let me inside your world
There's gonna be one less lonely girl―”
I'll show you what you're worth
If you let me inside your world
There's gonna be one less lonely girl―”
PANAS mentari siang itu cukup menyengat kulit. Tapi tak
menyulutkan dua orang lelaki yang sedang mengamati setiap sudut Taman Bunga
Keong Mas di Taman Mini Indonesia Indah. Salah seorang lelaki memotret dengan
kameranya. Mencoba menangkap setiap angle
dari pemandangan di hadapan mereka. Plaza dengan pendopo melati, paduan air
muncrat, air mancur, dan aneka ragam bunga telah dipotretnya.
“Lo yakin mau ngambil venue ini buat pernikahan lo dan Shilla?” tanya lelaki yang
menemaninya untuk memotret.
“Yakin Alvin, gue yakin banget. Ini tempat yang tepat,”
kata lelaki itu sambil memotret.
“Kalau begitu Cakka, lo harus booking secepat mungkin karena setahu gue banyak juga pasangan
calon pengantin yang mengincar Keong Emas
Exclusive Garden Party. Cuma ya… lo tahu kan badget-nya nggak sedikit,” kata Alvin.
“Gue tahu kok, lo diam aja dan ikuti!” kata Cakka.
Alvin memutar-mutar bola matanya dan mengikuti Cakka
yang mulai berjalan lagi. Cakka menghempaskan pandangan melihat patung-patung
yang ada di sana. Konon katanya, setiap patung mempunyai cerita tersendiri
seperti salah satu patung yang sedang diamati Cakka. Itu menceritakan pertemuan
kembali Raden Panji dengan Dewi Sekartaji, dimana awal cerita Keong Emas adalah
dari kisah penculikan Dewi Sekartaji yang sangat cantik, oleh Raja Raksasa yang
ingin mengambil Dewi Sekartaji menjadi istrinya, dan untuk menyelamatkan Dewi
Sekartaji, Batara Nadara mengutus Dewa Surya, dan dengan ilmu yang dimiliki
Dewa Surya, akhirnya Dewi Sekartaji diubah menjadi Keong indah berwarna kuning
keemasan. Sementara untuk mengelabuhi Raja Raksasa, dibuatkannya Dewi Sekartaji
tiruan yang dibuat dari bunga Cempaka. Oke, kita tinggalkan cerita itu. Cakka
tahu cerita itu, karena dulu zaman SD-nya waktu study tour. Ia diceritakan oleh guru sejarahnya. Siapa yang percaya
dengan cerita rakyat seperti itu?
Mengamati patung-patung di sana tiba-tiba Cakka dikagetkan
oleh bayangan putih yang lewat. Refleks ia langsung menatap bayangan putih itu.
Bukan! Itu bukan bayangan putih tapi seorang gadis yang mengenakan bridal dress yang sedang berlari. Hah? Memangnya ada ya resepsi
pernikahan di siang bolong begini di sini?
“Alvin, memangnya ada ya orang nikah siang bolong
begini di sini?” tanya Cakka.
“Siapa tahu ada gitu. Kan kalau kebelet nikahnya
sekarang emang nggak boleh?” kata Alvin.
Cakka segera menjitak kepala Alvin, “gue tanyanya
seriusan Alvin,” kata Cakka geram, “lo liat di sebelah sana,” kata Cakka sambil
menunjuk seorang gadis yang mengenakan bridal
dress.
Alvin menyipitkan matanya yang memang sipit mengamati
gadis itu. Gadis yang mengenakan bridal
dress itu, duduk di bangku taman yang terletak di depan sebuah air mancur.
Matanya terlihat kosong. Wajahnya dibungkus oleh kesedihan.
“Tapi mana ada Kka, orang nikahan trus duduk di situ
pake pasang tampang sedih lagi kayak gitu,” kata Alvin.
“Kali aja dia pasien rumah sakit jiwa trus kabur
kemari,” kata Cakka.
“RSJ mana?” tanya Alvin.
“Duren Sawit kali,” jawab Cakka.
“Bukan, Suharto Heedjan,” kata Alvin.
“Perasaan dari percakapan ini, kita berdua yang
sinting. Lagipula mana ada Rumah Sakit Jiwa yang memberikan pasiennya bridal dress mewah kayak gitu,” kata
Cakka.
“Oh… berarti dia ditinggal calon suaminya waktu mau
menikah,” kata Alvin.
“Heh? Ada gitu? Lelaki goblok yang meninggalkan calon
isterinya di hari pernikahan,” kata Cakka.
“Ya, siapa tahu ada,” kata Alvin.
“Kalau gue, nggak bakalan pernah ninggalin Shilla di
hari pernikahan kayak gitu,” kata Cakka.
“Iya… bukan lo yang bakal ninggalin Shilla di hari
pernikahan. Tapi Shilla yang bakalan ninggalin lo. Hahahahahahahaha,” tawa
Alvin langsung lari menjauhi Cakka.
“God verdomd(*),
awas lo ya! Sumpahin gue, sini lo!” kata Cakka segera mengejar Alvin
mengelilingi Taman Keong Mas itu.
Larinya Alvin ternyata begitu cepat. Sehingga membuat
Cakka kehilangan jejaknya. Ia segera duduk di sebuah bangku taman karena
kelelahan. Mengatur napasnya kembali. Menghirup oksigen secukupnya ke dalam
paru-parunya. Dari ekor matanya ada seseorang mengawasinya. Ia segera menoleh
ke arah orang tersebut.
Betapa kagetnya ia, saat mendapati seorang gadis dengan
tepi matanya berwarna hitam dipenuhi maskara. Make-up yang dia kenakan bukan mempercantiknya lagi tapi membuatnya
berantakan. Rambutnya yang ikal panjang terurai menutupi punggungnya yang agak
terbuka karena bridal dress yang dia
kenakan.
“Apa lo lihat-lihat?” bentak Cakka sinis.
Gadis itu sedikit kaget dengan bentakan Cakka itu.
“Mata kan dipake buat melihat,” kata gadis itu,
“memangnya nggak boleh ya kalau aku lihat kamu? Aku kan punya mata,” katanya.
“Trus ngefek? Lagipula lo gila ya, masa ada gitu
pengantin kayak lo berkeliaran di sini? Dikasih gitu sama petugas di depan buat
lo masuk?” tanya Cakka.
Gadis itu tersenyum sinis, “aku cuma lagi butuh waktu,”
katanya.
“Waktu untuk apa? Untuk menerima kalau lo bentar lagi
akan menikah? Lo dijodohin gitu?” tanya Cakka bertubi-tubi.
“Bukan… waktu buat percaya bahwa aku melakukan sesuatu
yang benar,” katanya.
Cakka semakin bingung. Ia mengernyitkan dahinya. Tidak
mengerti dengan perkataan gadis di hadapannya ini. Apa gadis ini benar-benar
gila ya? Apa yang dimaksudnya? Cakka bergulat dengan pikirannya sendiri.
Sebelum sebuah suara mengagetkannya.
“Woi! Ngapain lo di situ?” tanya Alvin, “payah lo nggak
bisa ngejar gue,” lanjutnya.
“Gue lagi bicara sama di…” kata-kata Cakka terhenti
melihat bangku di sebelahnya kosong, bukannya tadi ada gadis itu di sini? “Lho?
Dia mana? Tadi dia di sini,” lanjutnya.
“Dia siapa?” tanya Alvin mengernyit.
“Itu loh, gadis yang pake bridal dress tadi,” kata Cakka.
“Alaaah! Ngawur lo! Udah yuk balik, tadi Mama nelpon
suruh katanya lo cepat-cepat pulang, tadi dia coba nelpon di handphone lo ternyata lo nggak bawa handphone, dan Sivia nelpon juga suruh
gue cepat-cepat pulang soalnya dia kena morning
sickness lagi gue khawatir,” kata Alvin.
“Morning sickness
kan khusus pagi hari, sekarang siang bolong masa isteri lo kena morning sickness?”
“Elah Cakka, itu istilah doang kali. Isteri gue ada
apa-apanya gue salahin lo,” kata Alvin lalu menarik Cakka dari bangkunya.
“Ck,” Cakka berdecak. Ia dengan terpaksa mengekor di
belakang Alvin.
Dalam benaknya ia masih memikirkan gadis tadi.
Sebenarnya apa ‘sesuatu yang benar’ yang dilakukan gadis tadi? Cakka kesal
sendiri dalam hatinya. Baru kali ini ia benar-benar memikirkan yang urusan
orang yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali.
***
“―Cause
everything starts from something
But
something would be nothing―”
***
(*) Makian
N.B: Ini aslinya sekuel RED dari kisahnya Shilla tapi saya ganti biar jadi Caik (?) hahahahahaha
0 komentar:
Posting Komentar